Jakarta, EDITOR.ID – Pukul 20.07 terjadi kebakaran pada bangunan Gedung A Museum Nasional Indonesia (MNI) atau Museum Gajah yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada Sabtu 16 September 2023 malam.
Melansir dari @humasjakfire, sebanyak 13 unit mobil Damkar dikerahkan ke lokasi , “Pengerahan unit ke lokasi 13 unit dan 52 personil,” kata Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi Gunawan ketika dikonfirmasi, Sabtu (16/9/2023).
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin mengatakan, api berasal dari bedeng yang terbakar, keberadaan bedeng pekerja proyek di area gedung A.
Diketahui didalam gedung A terdapat 4 ruangan — merupakan tempat pameran benda-benda prasejarah.
“Dari kerugian yang kami tau terbakar itu ada 4 ruangan di gedung A. Ada di sayap kanan ruangan, lalu di tengah ada 2 ruangan yg memang ada tempat penyimpanan dan ada ruang tunggu,” ujarnya di lokasi.
Kronologi kebakaran.
Api bermula diduga disebabkan dari korsleting listrik. Sebelum kebakaran terjadi terdengar suara ledakan di area Museum Nasional.
Ledakan tersebut diduga berasal dari bedeng pekerja proyek. Sebab, di area Museum Nasional memang sedang ada proyek renovasi.
Pantauan di lokasi, nampak atap dan tembok bangunan di area belakang Museum Nasional ambruk saat api masih berkobar — mulai merembet ke arah depan.
Petugas pemadam kebakaran (damkar) berjibaku memadamkan api dari sisi belakang museum melalui Jalan Abdul Muis, dan ada juga dari sisi bagian depan MNI.
Sampai jam 21.45 api berangsur padam, nampak petugas Damkar, petugas Polres Metro Jakarta Pusat tengah berkoordinasi dengan pihak MNI untuk melakukan pengamanan lebih lanjut.
Merilis dari pihak resmi MNI mengatakan, “Prioritas utamanya kami adalah perlindungan artefak berharga dan benda-benda bersejarah yang ada di dalam museum”.
“Petugas pemadam kebakaran sedang bekerja dengan upaya maksimal untuk memadamkan api dan menghindari kerusakan terhadap koleksi & benda sejarah”.
“Begitu api padam, kami akan langsung mengerahkan tim investigasi internal untuk menentukan penyebab pasti kebakaran serta melakukan pendataan terhadap koleksi baik yang terdampak maupun yang sudah diamankan”.
“Kami akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memastikan bahwa investigasi ini berjalan dengan transparan”.
“Kami akan terus memberikan informasi secara berkala kepada media dan masyarakat seiring dengan perkembangan situasi. Kami memohon doa dan dukungan dari semua pihak agar peristiwa ini dapat segera berangsur membaik”.
MNI mengoleksi 190.000 lebih benda² kuno di antaranya arca-arca, prasasti, dan barang-barang kerajinan termasuk etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, buku langka dan benda berharga (emas & batu permata).
Profil Museum Nasional
Menjelang akhir abad ke-18, di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the age of enlightenment) dimana pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan mulai berkembang.
Pada tahun 1752 di Harlem, perkumpulan ilmiah Belanda bernama De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen berdiri.
Hal ini mendorong pemerintah Belanda di Batavia mendirikan organisasi yang sejenis bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) pada 24 April 1778.
Lembaga ini bersifat independen dengan tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah.
Selain itu, BG juga menerbitkan hasil-hasil penelitian. Semboyannya adalah “Ten Nutte van het Algemeen” yang berarti untuk kepentingan masyarakat umum.
Salah seorang pendiri lembaga ini, JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di jalan Kalibesar, yang pada masa itu merupakan kawasan perdagangan penting di Batavia.
JCM Radermacher menyumbangkan koleksinya berupa benda-benda budaya dan buku-buku. Sumbangannya itu menjadikan cikal-bakal berdirinya museum dan perpustakaan Nasional Indonesia.
Literary Society
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan – untuk Literary Society (dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”).
Alasan pembangunan gedung baru ini tak lain karena rumah di jalan Kalibesar sudah penuh dengan berbagai koleksi.
Bangunan ini berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara, di dekat Istana Kepresidenan
Museum Gajah dan Gedung Arca
Dari masa ke masa, jumlah koleksi milik BG terus meningkat sampai pada akhirnya museum di jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya.
Pada tahun 1862, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dahulu disebut Koningsplein West).
Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau “Sekolah Tinggi Hukum”. (pernah dipakai untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen Pertahanan dan Keamanan).
Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868. Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya “Gedung Gajah” atau “Museum Gajah” karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871.
Kadang kala disebut juga “Gedung Arca” karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.
Lembaga Kebudayaan Indonesia
Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “Koninklijk” karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.
Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”.
Museum Nasional
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat.
Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Hingga saat ini MNI menyimpan 190.000 benda-benda bernilai sejarah yang terdiri dari 7 jenis koleksi yakni Prasejarah, Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, Geografi dan Sejarah.
Kompleks Museum Nasional dibangun di atas tanah seluas 26.500 meter persegi dan hingga saat ini mempunyai 3 gedung.
Gedung A digunakan untuk ruang pamer dan wahana Imersifa. Sedangkan Gedung B, dikenal pula dengan sebutan Gedung Arca, yang dibuka secara resmi pada tanggal 20 Juni 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selain digunakan untuk pameran juga digunakan untuk kantor, ruang konferensi, laboratorium, ruang pameran temporer, area komersil dan perpustakaan.
Museum Nasional telah dilengkapi pula dengan gedung penyimpanan atau storage untuk menyimpan benda-benda budaya.
Badan Layanan Umum Museum Nasional
BLU (Badan Layanan Umum) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Pada tanggal 22 Maret 2021, erdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 117/KMK.05/2021, Museum Nasional ditetapkan sebagai instansi pemerintah pusat dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.”***