Kenapa Lebaran Indentik dengan Ketupat, Sejarah dan Makna Filosofi

Orang yang berpuasa seperti itu disebut kaffah atau kafatan, artinya sempurna. Orang Indonesia menyebutnya kupat (ketupat) atau kupatan. Itu sebabnya orang Indonesia setelah berpuasa Syawal, ada hari raya ketupat, artinya hari raya sempurna.

Ilustrasi Ketupat

Jakarta, EDITOR.ID,- Di Perayaan Kemenangan Umat Islam setelah berpuasa penuh selama sebulan, kita akan mendapatkan Hari Idul Fitri atau Hari Kemenangan. Idul Fitri merupakan suatu hari besar nan istimewa bagi umat Islam. Biasanya hari Raya dirayakan dengan acara makan bersama keluarga.

Bagi kaum Muslimin Indonesia, perayaan Idul Fitri identik dengan ketupat, makanan yang disajikan pada hari istimewa tersebut dan perayaan yang mengiringinya, seperti Grebeg Syawal atau Lebaran Ketupat yang digelar sepekan selepas Idul Fitri.

Bagi masyarakat Muslim di Indonesia, momen lebaran atau Idul Fitri tidak bisa dilepaskan dari makanan khas bernama ketupat. Makanan yang berasal dari beras yang dibungkus dengan anyaman janur kuning ini biasa disajikan dengan berbagai menu, terutama dengan opor ayam.

Sejarah Lebaran Ketupat

Menurut Sejarawan Agus Sunyoto (2016), lebaran ketupat tradisi asli Indonesia. Itu sebetulnya diambil dari satu hadits, “man shoma ramadhana tsumma atba‘ahu syi’ta minsyawwalin fakaana shama kasiyaamidahron” yang artinya “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti telah berpuasa selama setahun penuh”.

Orang yang berpuasa seperti itu disebut kaffah atau kafatan, artinya sempurna. Orang Indonesia menyebutnya kupat (ketupat) atau kupatan. Itu sebabnya orang Indonesia setelah berpuasa Syawal, ada hari raya ketupat, artinya hari raya sempurna.

Makna filosofis ketupat

Makna filosofis ketupat Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”. Sehingga dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan. Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa.

Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer” yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah swt. Rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia.

Sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya. Pada masa lalu, terdapat tradisi unik yang berbau mistis, tetapi kini sudah jarang ditemukan.

Ketupat dianggap sebagai penolak bala, yaitu dengan menggantungkan ketupat yang sudah matang di atas kusen pintu depan rumah, biasanya bersama pisang, dalam jangka waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan sampai kering.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: