EDITOR.ID, Jakarta, – Memuliakan orang yang biasa memuji, menyanjung, itu sih biasa. Yang luar biasa itu, memberikan hormat dan salam ke orang yang selama ini sering mengkritik, menghina, dan mencaci maki. Itulah yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Amien Rais di Istana Merdeka, beberapa waktu lalu.
Rakyat Indonesia mencatat betapa Amien begitu luar biasa menyampaikan kritik ke Jokowi. Nadanya keras-keras. Ada yang terkesan menghina, mencaci maki, bahkan Ali Mochtar Ngabalin pernah menyebutnya, “comberan”.
Rakyat Indonesia tentu tak akan lupa bagaimana Amien menyebut Jokowi “pekok”, lalu memanggil Jokowi dengan sebutan “lurah”, kemudian Jokowi akan bernasib seperti “bebek lumpuh”, pendukung Jokowi dianggap “setan”, dan paling puncak Amien meminta Jokowi mundur dari kursi presiden.
Semua kalimat itu, jelas menyakitkan kalau Jokowi “baperan”. Tapi, Jokowi bukan tipe begituan. Di saat Amien minta ketemu, Jokowi mengabulkannya. Jokowi mau menjamunya. Jokowi mau mendengar langsung. Mata ketemu mata dengan (mungkin orang menganggap) “musuhnya” itu. Tak ada wajah dendam. Jokowi terlihat seperti bertemu orang tua yang selama ini selalu menasihatinya.
Pemandangan itu tampak saat Jokowi menerima Amien dan enam anggota Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam Laskar Front Pembela Islam (FPI) di Istana Merdeka, Jakarta. Enam anggota tim tersebut adalah Abdullah Hehamahua, Muhyidin Junaedi, Marwan Batubara, Firdaus Syam, Wirawan Adnan, dan Sambo.
Amien masuk Istana sekitar pukul 10.05 pagi, Selasa (9/3/2021). Jokowi menyambut dengan didampingi Menko Polhukam Mahfud MD dan Mensesneg Pratikno. Saat berhadapan, Jokowi memberikan salam ke Amien dengan menyatukan kedua telapak tangan di dada sambil agak membungkukkan badan. Amien membalas salam Jokowi itu dengan gaya yang sama. Bedanya, Amien terlihat tak menatap Jokowi. Tatapan matanya justru ke bawah.
Di meja pertemuan, Amien duduk berhadap-hadapan dengan Jokowi, yang dihalangi kaca akrilik. Enam orang lainnya, duduk di kiri dan kanan Amien.
Tanpa banyak basa-basi, Jokowi langsung mempersilakan Amien bicara. Di awal paparannya, Amien membacakan dua ayat Al-Qur’an, Surah Al-Maidah ayat 32 dan Surah An-Nisa ayat 93. Jokowi, Mahfud, dan Pratikno mendengarkan dengan seksama.
Menurut Amien, dua ayat ini yang menjadi dasar dibentuknya TP3. Mereka mengklaim, tewasnya enam anggota Laskar FPI itu sebagai pelanggaran HAM berat. Amien pun ngebet agar pemerintah memproses kasus ini secara tuntas, transparan, dan berkeadilan. Pertemuan itu tidak berlangsung lama. Kurang dari 15 menit, sudah selesai.
Kepada Amien, Jokowi mengatakan pemerintah sudah meminta Komnas HAM untuk bekerja secara independen. Komnas HAM kemudian sudah menyerahkan laporan ditambah empat rekomendasi.
“Temuan Komnas HAM di Cikampek, KM 50 itu, adalah pelanggaran biasa,” kata Mahfud, menirukan ucapan Jokowi, usai pertemuan.
Dalam pertemuan itu, lanjut Mahfud, Marwan Batubara sempat menyanggah. Dia keukeuh kasus KM 50 merupakan pelanggaran HAM berat. Tak mau jadi panjang, Mahfud langsung meminta Marwan menyerahkan bukti.
“Mana, sampaikan. Atau kalau ndak, sampaikan menyusul kepada Presiden. Bukti, bukan keyakinan,” tantangnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu lalu menyebutkan 3 syarat pembunuhan itu bisa disebutkan pelanggaran HAM berat. Pertama, dilakukan secara terstruktur. “Itu dilakukan aparat dengan cara resmi secara berjenjang,” jelas Mahfud.
Kedua sistematis. Ketiga, masif. “Mana buktinya, secuil saja. Bahwa ada terstruktur, sistematis, dan masif,” sambungnya.
Muhyidin Junaidi, salah satu anggota TP3, menceritakan, dalam pertemuan itu, Jokowi begitu ramah. Dari awal sampai akhir, Jokowi juga membuka diri. Usai pertemuan, Jokowi mengantar rombongan TP3 sampai ke pintu depan Istana Merdeka.
Sikap Jokowi yang mau menerima Amien yang selama ini sering nyerang Jokowi diapresiasi banyak pihak.
Bahkan Politikus sekelas Ferdinand Hutahaean sangat kaget dengan sikap Jokowi yang sangat menghormati orang lain walaupun orang itu sering menghinanya.
“Menurut saya, Pak @jokowi luar biasa meluangkan waktu di tengah kesibukan yang padat untuk menerima orang-orang seperti AR ini,” puji mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, di akun Twitter @FerdinandHaean3. (Tim)