Jakarta, EDITOR.ID,- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan agar warga di wilayah Jabodetabek hingga Karawang agar berhati-hati terutama yang tinggal di propinsi Banten dan kepulauan Mentawai. Gempa megathrust tinggal menunggu waktu. Semua harus bersiap-siap.
Gempa Megathrust masih ramai dibahas masyarakat. Karena kekuatan gempa ini maha dahsyat dan mampu merontokkan gedung dan membelah jalan.
Meski belum tahu kapan terjadinya Gempa Megathrust di Indonesia, warga Indonesia perlu waspada adanya gempa ini yang kapan saja bisa terjadi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono pun memperingatkan gempa dari dua zona megathrust, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, tinggal tunggu waktu.
Untuk diketahui, gempa megathrust adalah gempa bumi yang sangat besar yang terjadi di zona subduksi, wilayah tempat salah satu lempeng tektonik bumi terdorong di bawah lempeng lainnya.
Kedua lempeng biasanya terus bergerak mendekati satu sama lain, tetapi menjadi “terjebak” di tempat mereka bersentuhan. Akhirnya, penumpukan regangan melebihi gesekan antara kedua lempeng dan gempa megathrust yang besar terjadi.
Daryono mengatakan Indonesia perlu waspada terhadap Gempa Megathrust, karena gempa tersebut telah melanda Jepang dengan skala 7,1 Magnitudo.
Gempa Megathrust yang melanda jepang dengan skala besar membuat kewaspadaan pada gempa di Indonesia meningkat. Daryono juga mengatakan bahwa gempa besar di Jepang bisa saja dapat menjalar sampai wilayah Indonesia.
Perbedaan seismik antara Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai, Siberut bisa menyebabkan Gempa Megathrust karena wilayah tersebut belum pernah mengalami gempa lebih dari 30 tahun.
Megathrust Selat Sunda diperkirakan memiliki potensi gempa dengan magnitudo 8,7, sementara Megathrust Mentawai, Siberut dapat mencapai magnitudo 8,9.
Jika kedua segmen ini aktif secara bersamaan, dampaknya bisa sangat besar. Hal itulah yang dapat berpotensi tsunami yang serupa dengan bencana yang melanda Aceh pada tahun 2004.
Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widjo Kongko, juga mengingatkan bahwa gempa besar di dua segmen megathrust tersebut bisa mencapai magnitudo 9 atau lebih, mengingat panjangnya waktu ketidakaktifan seismik di wilayah tersebut.
Namun BMKG sendiri belum dapat memastikan kapan bencana alam itu akan terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya terus membicarakan isu ini agar masyarakat bersiap menghadapi efek dari megathrust di Indonesia.