Jakarta, EDITOR.ID,- Negeri ini masih diuji dengan maraknya praktek intoleransi, diskriminasi, dan persekusi atas nama agama dengan semena-mena. Padahal kita diajarkan kebersamaan dan keberagaman sebagai satu bangsa. Namun kebebasan beragama atau berkeyakinan dan berkepercayaan di Indonesia dalam kondisi yang kian membahayakan.
Bahkan untuk bersuara mengabarkan fakta intoleransi, wartawan harus mendapatkan perlakuan ancaman pembungkaman dan sensor-sensor lainnya.
Terbukti, gara-gara meliput dan memberitakan peristiwa Patung Bunda Maria ditutup kain terpal, wartawan Tempo Shinta Maharani harus mendapat teror dan intimidasi dari salah satu Organisasi Massa (Ormas) di Yogya.
Sebagaimana dilansir dari Tempo.co, Shinta mendapatkan intimidasi dari salah satu Ormas setelah membuat laporan yang berjudul, “Di Balik Terpal Patung Bunda Maria” dan “Diprotes Ormas, Patung Bunda Maria Ditutup Terpal saat Bulan Ramadhan.”
Penutupan Patung Bunda Maria dengan terpal itu terjadi di Rumah Doa Sasana Adhi Rasa Santo Yakobus, Bumirejo, Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta.
Dalam laporan liputannya, GPK disebut sebagai pihak yang mendesak agar Patung Bunda Maria di Rumah Doa Sasana Adhi Rasa St Yacobus ditutup terpal selama bulan Ramadan.
Lebih lanjut Shinta Maharani menjelaskan intimidasi itu dia terima beberapa hari usai berita yang ia liput dan buat tayang di media Tempo.co dan Majalah Tempo. Shinta sempat mengirim laporan ke Tempo.co maupun Majalah Tempo.
Dalam tulisannya tersebut, Shinta mengungkap dugaan peran anggota GPK DIY di balik aksi penutupan patung yang sempat viral di media sosial tersebut.
Shinta Maharani mengungkapkan orang yang mengintimidasi dirinya itu adalah Ketua Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) DIY Arif Hammad Wibowo.
Shinta mengaku mendapatkan telepon dan pesan tertulis dari Ketua GPK DIY Arif Hammad Wibowo pada Kamis, 6 April 2023 gara-gara pemberitaan itu. Dalam teleponnya, lanjut Shinta, Arif tidak terima jika GPK dituduh sebagai dalang aksi penutupan patung Bunda Maria.
Menurut penuturan Shinta, Ketua GPK Yogya itu juga mempermasalahkan bahwa Ormasnya disebut sering terlibat aksi intoleransi dalam sejumlah peristiwa.
“Dia meminta Tempo menjaga kondusivitas,” kata Shinta.
Mendapatkan protes itu, Shinta meminta Arif mengirimkan surat jawaban kepada redaksi Tempo apabila keberatan dengan pemberitaan tersebut. Opsi lainnya, Shinta mengatakan GPK dapat menempuh jalur sengketa melalui Dewan Pers. Adapun Shinta meyakini beritanya telah melalui konfirmasi berlapis.
Tetapi, tekanan masih terjadi keesokan harinya pada Jumat, 7 April 2023. Shinta mendapatkan pesan WhatsApp dari nomor tak dikenal yang mengirimkan tautan siaran pers GPK berjudul “GPK Ultimatum Tempo, Jangan Adu Domba Kami”.