Semarang,Editor.id, – Pelaksana tugas atau Plt. Wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi Workshop Kuliah Kerja Usaha dan Sinergi yang digelar mahasiswa UNIKA belum lama ini.
Menurut Plt. Wali Kota, kegiatan tersebut merupakan salah satu wujud implementasi konsep Bergerak Bersama. Hal ini ditunjukkan bagaimana inisiatif generasi muda untuk memberikan pendampingan pada mitra serta pelaksanaan kegiatan PKK sebagai bagian dari upaya bersama guna memajukan usaha ekonomi mikro di Kota Semarang.
“Ini adalah langkah atau program yang luar biasa, kegiatan ini membantu mendampingi UMKM untuk naik kelas. Karena kita tahu dari segi packaging, kehigienisan, kemudian rasa dan cara penyajian adalah salah satu pilihan bagi para konsumen dalam memilih produk,” ungkap Mbak Ita saat mengunjungi expo UMKM di UNIKA.
Ia menjelaskan, mahasiswa-mahasiswa dari UNIKA ini memberi pendampingan kepada para UMKM yang ada di Kota Semarang. Mungkin dulu hanya dipacking saja, tetapi sekarang ini sudah menjadi barang yang menarik.
” Walau mungkin makanannya sama, ada nasi goreng, ada babat gongso, salad, ada inovasi sando. Nah ini yang menjadi inovasi anak muda bahwa dari mahasiswa UNIKA sangat luar bisa, yang perlu kita dorong,” tambahnya.
Ekonomi kreatif,lanjutnya, identik dengan industri kreatif, pada saat ini dianggap dapat memberikan kontribusi yang sangat signifikan, bagi perekonomian daerah. Industri kreatif identik dengan sebuah produk yang memiliki added value, sehingga bisa mendorong laju ekonomi. Keberadaannya juga merupakan bagian yang menunjang kemajuan pariwisata dalam suatu kawasan.
“Seperti yang saya sampaikan ada beberapa poin untuk kota Semarang, poin salah satunya adalah kota wisata. Jadi poin wisata ini harus kita tonjolkan sehingga bisa menjadi pilihan wisatawan untuk memilih kuliner dengan kearifan lokal, harga murah tetapi rasanya enak,” lanjutnya.
Meski begitu, pihaknya berharap, adanya pendampingan usaha mampu menarik perhatian dan keinginan bagi para usaha muda untuk mendorong pengembangan bisnisnya. Apalagi Indonesia memiliki sub sektor ekonomi kreatif yang cukup banyak. Seperti sub sektor fesyen yang memiliki nilai ekspor sebesar US$11,9 miliar, subsektor kriya US$6,4 miliar, dan subsektor kuliner US$1,3 miliar.
“Bagaimana mereka bisa mengakselerasi dari potensinya ini dengan cara kita memberi fasilitas. Ya nanti kita atur di mana tempatnya. Nah ini yang kita harapkan nanti bisa menjadi satu kegiatan untuk start up (memulai usaha) anak muda,” pungkas Mbak Ita.(tim)