Ia mengatakan, ustadz Yazid Jawas adalah salah satu ulama yang fokus dalam ajaran tauhid. Almarhum juga dinilai sering berbicara tentang bahaya syirik.
“Yang saya ingat, almarhum memiliki fokus di ajaran tauhid dan memperingatkan tentang bahaya bidah atau syirik,” ujar Hafis.
Sementara itu, ustadz Jundi Abu Daud (40), juga mengaku sangat kehilangan atas kepergian ustadz Yazid Jawas. Pasalnya, almarhum merupakan pendakwah yang sangat dikenal dengan keilmuannya.
“Saya pribadi dan umumnya kaum muslimin, pasti sangat merasakan kehilangan,” ujar dia.
Ia mengenang, salah satu ciri khas almarhum adalah sangat tegas ketika menyampaikan ilmu yang terkait tentang akidah. Sebab, akidah adalah pokok landasan Islam.
“Beliau juga termasuk salah satu ustaz yang pertama menebarkan dakwah tauhid, yang paling tegas,” kata dia.
Ustadz Jundi meyakini, ilmu yang telah diajarkan almarhum akan terus diamalkan oleh murid-muridnya. Apalagi, almarhum telah menjadi pendakwah selama sekitar 40 tahun.
“Banyak murid beliau, yang juga merupakan ustadz. Jadi sangat banyak jasa beliau. Semoga Allah menerima semua amalan beliau, semoga Allah tempatkan beliau di surga firdaus,” kata dia.
Pendakwah Ustadz Yazid Jawas tutup usia pada Kamis (11/7/2024). Dia dikenal sebagai penceramah yang sering berdakwah menggunakan berbagai saluran media, mulai dari buku, kanal Youtube, dan lainnya.
Almarhum merupakan jebolan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA). Kemudian dia berguru kepada Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad, seorang guru besar di Universitas Islam Madinah.
Kampus tersebut terletak di Kota Nabi Muhammad dimakamkan. Di sana terdapat banyak pemuda Muslim dari berbagai kawasan, termasuk Indonesia, untuk mencari ilmu.
Yazid diketahui juga pernah berguru kepada Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, seorang ulama dari Makkah. Dia merupakan ulama rujukan banyak orang. Utsaimin belajar kepada ahli Alquran Abdurrahman as-Sa’di.
Utsaimin kerap mendakwahkan pemikiran akidahnya yang dikatakan mengikuti sunnah. Bahkan ketika dia sudah terbaring sakit, ceramahnya direkam dan diperdengarkan di tempat umum. Hal itu dilakukan hingga akhir hayatnya.
Selain berguru kepada mereka, Yazid juga dikenal sebagai pendakwah yang menguasai kitab-kitab turos, seperti hadits, Bulughul Maram. Ini merupakan turos karangan Ibnu Hajar al-Asqalani. Di dalamnya terdapat banyak hadis yang menjelaskan masalah fikih dan adab keseharian.
Yazid membina sebuah pondok pesantren di bilangan Dramaga, Bogor, yaitu pondok pesantren Minhajus Sunnah. Pesantren Minhajus Sunnah Bogor merupakan lembaga pengkaderan Da’i yang dijalankan selama 3 tahun. Para santri dibekali ilmu syariah serta disokong oleh pondasi akidah dan manhaj yang kuat.