Hingga semester I 2023, SKK Migas mencatat capaian lifting minyak sebesar 615,5 ribu bopd. Pencapaian tersebut tercatat naik 0,16 persen dibanding dengan periode yang sama tahun 2022 sebanyak 614,5 ribu bopd.
Sedangkan saluran gas mencapai 5.308 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 5.326 MMSCFD.
Kinerja produksi dan lifting kuartal I 2023 yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu terus dijaga momentumnya dengan melakukan berbagai langkah.
Salah satunya, menggelar rapat kerja produksi, metering dan pemeliharaan fasilitas 2023 di Surabaya yang berlangsung selama tiga hari dari tanggal 28 Mei hingga 31 Mei 2023.
Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh fungsi terkait di SKK Migas, pimpinan tertinggi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), teknologi provider dan stakeholder terkait lainnya dengan jumlah peserta sekitar 500 peserta pada hari pertama.
Sebagai upaya melakukan sinergi dan kolaborasi yang lebih kuat, kegiatan tersebut menampilkan pula booth yang diisi oleh berbagai industri penunjang yang terkait dengan operasional dan teknologi yang dibutuhkan oleh industri hulu migas.
“Rapat Kerja Produksi, Metering, dan Pemeliharaan Fasilitas Tahun 2023 ini merupakan salah satu upaya dari SKK Migas untuk merumuskan langkah-langkah dan strategi dalam rangka mencapai target produksi jangka pendek tahun 2023 dan sekaligus mewujudkan visi jangka panjang tahun 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD)”, kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam arahannya di rapat kerja, Senin 29 Mei 2023 silam.
Targetkan Investasi Eksplorasi hingga Rp45 Triliun
Sektor hulu migas Indonesia membutuhkan investasi sekitar US$20 miliar per tahun. Investasi itu diperlukan untuk mencapai target produksi minyak bumi sebanyak 1 juta barel per hari (BOPD), dan gas sebanyak 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030 nanti.
Oleh sebab itu SKK Migas menargetkan peningkatan investasi eksplorasi hingga USD3 miliar atau sekitar Rp45 triliun di sektor hulu migas. Langkah ini dilakukan dalam rangka mendukung program Pemerintah di bidang ketahanan energi nasional.
Untuk menarik investasi, sejak tahun 2020 Indonesia telah memberlakukan sistem fiskal yang lebih fleksibel, dan menerapkan kebijakan yang menurunkan risiko investasi. Hal itu telah meningkatkan daya tarik investasi hulu migas di Indonesia.
Kendati demikian, beberapa area dinilai masih memerlukan perbaikan, yaitu dalam aspek legal dan kontraktual serta penemuan cadangan raksasa (giant discovery).