“Pak Jakob konsisten dengan nilai jurnalisme yang dipegangnya, jurnalisme yang berdiri di atas semua golongan, dan berdasarkan kemajemukan Indonesia,†ujar Puan.
Atas dasar itu, Puan menilai, Jakob Oetama sebagai tokoh yang mampu mengimplementasikan Pancasila melalui nilai-nilai yang disebarkan tentang humanisme, edukasi, kebudayaan, dan kecintaan terhadap Tanah Air.
“Pak Jakob Oetama adalah pribadi yang ramah, yang membaktikan hidupnya untuk Indonesia, mengamalkan nilai Pancasila melalui jurnalisme yang damai dan mendidik,†ungkap Puan.
Banyak tokoh publik yang ikut berduka atas kepergian pendiri Kompas Gramedia itu. Salah satunya adalah Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih akrab disapa Ahok.
Lewat akun Instagram resminya, pria yang juga disapa BTP ini menuliskan pesan dukanya.
Dalam pesannya tersebut, Ahok mengungkapkan rasa dukanya yang mendalam atas berpulangnya sosok Jakob Oetama.
“Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Bapak Jakob Oetama,” tulis Ahok di akun Instagram @basukibtp pada Rabu sore.
Dalam tulisan yang sama, Ahok mengucapkan terima kasih atas segala jasa, pesan, dan petuah yang diberikan almarhum kepadanya selama ini.
“Terima kasih telah atas petuah-petuah yang disampaikan kepada saya, selamat jalan Pak Jakob,” tulis Ahok singkat.
Pesan duka Ahok tersebut lantas turut diikuti para pengikutinya dengan menulis ucapan berduka di kolom komentar.
Jenazah Jakob Oetama akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis 10 September 2020.
Dr (H.C) Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Pak JO, demikian sapaan dikalangan dekatnya, merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia, Pembina Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia, dan Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Semasa hidupnya, almarhum tercatat menerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi dari Universitas Gajah Mada dan menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah Indonesia pada tahun 1973.
Jakob adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta. Karier jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956 dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong, yang mungkin diilhami majalah Reader’s Digest dari Amerika.
Dua tahun kemudian, 28 Juni 1965, bersama Ojong, Jakob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya hingga kini.
Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan/ bisnis unit yang bervariasi dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.