Menurut Maqdir teknisi yang memperbaiki jaringan pada 6 Januari 2023 juga tidak mendapat informasi terkait kecelakaan tersebut. Pihaknya baru tahu Sultan jadi korban setelah 5 bulan berlalu.
“Pihak kami baru mengetahui adanya korban setelah 5 bulan kemudian, pada 23 Mei 2023. Ini karena ada kecelakaan yang katanya karena kabel fiber optik yang melintang di Antasari. Kelurahan Cilandak panggil Bali Tower. Kami baru tahu ada korban bernama Sultan,” jelas Maqdir.
Maqdir mengatakan, sejak 23 Mei 2023 pihaknya melakukan pertemuan dengan keluarga korban. Ada 4 kali pertemuan yang dilakukan. Namun hingga kini pihak perseroan belum sepakat dan belum mengeluarkan uang sepeserpun untuk memberi sikap empatik dan simpati pada korban.
Kasus PT Bali Towerindo Akan Panjang, Investor Dirugikan
Kasus kelalaian PT Bali Towerindo mengelola kabel miliknya di jalanan membuat kasus ini akan panjang dan akan merugikan dari sisi performa kinerja perseroan dan kepentingan investor. Karena keluarga korban membawa kasus tersebut ke Polda Metro Jaya. Artinya, kasus yang diharap berakhir damai itu, harus berujung ke pengadilan yang akan memakan waktu lama.
Ayah Sultan Rif’at Alfatih korban jeratan kabel Bali Towerindo, Fatih, melaporkan PT Bali Tower ke Polda Metro Jaya. Itu dilakukan untuk memastikan kasus tersebut menemui keadilan.
Lalu, bagaimana dengan kinerja perseroan sepanjang paruh pertama tahun ini. Berdasar laporan keuangan per 30 Juni 2023, laba bersih Bali Towerindo mengalami koreksi.
Tepatnya, susut 8,97 persen menjadi Rp93,35 miliar dari episode sama tahun lalu Rp93,35 miliar. Laba per saham dasar turun ke level Rp23,73 dari edisi sama tahun sebelumnya Rp26,07. Pendapatan usaha Rp475,34 miliar, turun dari periode sama tahun lalu Rp489,87 miliar. Beban pokok pendapatan Rp208,81 miliar, turun dari Rp201,03 miliar.
Laba kotor terakumulasi Rp266,52 miliar, menyusut dari edisi sama tahun lalu Rp279,83 miliar. Beban usaha Rp29,52 miliar, luruh dari Rp43,98 miliar. Laba usaha susut ke posisi Rp227 miliar dari Rp235,84 miliar. Beban keuangan Rp109,8 miliar, bengkak dari Rp104,71 miliar. Pendapatan lain-lain Rp6,07 miliar, naik dari Rp4,48 miliar.
Beban lain-lain Rp4,35 miliar, susut dari Rp5,43 miliar. Laba sebelum pajak final dan pajak penghasilan Rp118,92 miliar, turun dari Rp130,18 miliar. Pajak final atas penghasilan Rp16,49 miliar, turum tipis dari Rp16,72 miliar. Laba sebelum pajak penghasilan Rp102,42 miliar, turun dari Rp113,46 miliar. Beban pajak penghasilan bersih Rp9,06 miliar, turun dari Rp10,89 miliar.