Presiden Iran Ebrahim Raisi telah mengumumkan akan melakukan penyelidikan penyebab kematiannya. Pihak berwajib membantah tuduhan bahwa mereka telah menganiaya massa.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan seorang pria yang ditembak oleh pihak keamanan berdarah di jalan, sehingga mengundang teriakan para pengunjuk rasa yang meminta tolong.
Video lain menunjukkan seorang polisi menembak pengunjuk rasa yang merobek spanduk pro-pemerintah di provinsi Khorasan Utara. Tidak jelas apakah pria tersebut luka-luka. ”
Massa pendukung pemerintah akan melakukan unjuk rasa mereka Jumat ini, menurut media setempat Iran. “Ini keinginan warga Iran: jangan lepaskan para kriminal,” tulis sebuah editorial di koran Kayhan.
Unjuk rasa karena kematian Mahsa adalah aksi protes terbesar yang pernah terjadi di Republik Islam tersebut sejak 2019.
Sekelompok pakar PBB, termasuk Javaid Rehman, wartawan khusus HAM di Iran, dan Mary Lawlor, wartawan khusus pembela situasi HAM, menuntut pertanggungjawaban. “Kami terkejut dan sangat sedih mendengar kematian Mahsa,” bunyi pernyataannya.
“Ia adalah korban lain dari represif dan diskriminasi sistematis terhadap perempuan di Iran dan tuduhan aturan berbusana yang mencabut otonomi tubuh perempuan dan kebebasan beropini, ekspresi, dan kepercayaan mereka.”
Amerika Serikat pada hari Kamis, telah memberikan sanksi karena moralitas Iran, menuduh mereka telah melakukan kekerasan terhadap perempuan Iran dan melanggar hak pengunjuk rasa Iran, ujar Bendahara AS.
Protes Pengaturan Hak Individu
Kematian Mahsa telah membangkitkan amarah terhadap isu kebebasan pribadi di Iran, termasuk di antaranya aturan gaya berpakaian yang ketat bagi perempuan, dan guncangan ekonomi akibat sanksi tersebut.
Pemimpin Iran khawatir munculnya unjuk rasa di tahun 2019 akibat kenaikan harga gas, fenomena paling berdarah di negara tersebut, bisa kembali terulang lagi. Sekitar 1.500 orang terbunuh dalam unjuk rasa tersebut.
Pengunjuk rasa juga mengutarakan amarah mereka pada Kepala Negara Iran Ayatollah Ali Khamenei. “Mojtaba, semoga Anda meninggal dan tidak menjadi Kepala Negara,” sahut pengunjuk rasa di Teheran, mereferensi pada anak Ayatollah yang menurut beberapa orang bisa melanjutkan warisan kepemimpinan ayahnya.
Tak Pakai Hijab Mahsa Amini Ditahan dan Meninggal
Protes kematian Mahsa Amini di Iran diwarnai aksi para wanita yang menyuarakan pendapatnya dengan keras. Dilansir CNN, dalam video yang beredar, kerumunan massa bersorak saat seorang wanita mengangkat gunting ke rambutnya yang terbuka, tanpa jilbab.