Dmitriev juga mengatakan, uji klinis fase III untuk menilai keamanan dan kemanjuran vaksin ini secara lebih menyeluruh akan dijadwalkan mulai minggu ini.
Kritik pun bermunculan. Pakar vaksin menyebut keputusan Rusia yang melompati uji klinis fase 3 sangat berisiko.
“Saya pikir ini sangatlah menakutkan. Ini benar-benar berisiko,” ujar Daniel Salmon, direktur Institut Keselamatan Vaksin di Johns Hopkins University, seperti dikutip The New York Times.
Ia menyebut, Fase 3 diperlukan agar mengetahui apakah vaksinnya berbahaya ke manusia atau tidak.
Virologis dari Weill Cornell Medical College di New York City, John Moore, bahkan lebih tegas mengkritik klaim Rusia. Ia menyebut Putin hanya berbicara politik. “Ini semua luar biasa bodoh,” ujarnya. “Putin tidak punya vaksin, ia hanya membuat pernyataan politik.”
Di berbagai negara, tes vaksin Fase 3 melibatkan ribuan sukarelawan. Mereka lantas dibagi menjadi orang yang mendapat vaksin COVID-19 dan tidak mendapat vaksin COVID-19 (atau kelompok kontrol). Hasilnya bisa dibilang sukses jika orang yang mendapat vaksin COVID-19 lebih kebal terhadap COVID-19 ketimbang kelompok kontrol. Saat ini, hampir semua calon vaksin COVID-19 dari berbagai negara sedang berada di Fase 3.
Keraguan terhadap klaim Rusia juga diungkapkan Mantan Komisaris Asosiasi Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) Peter Pitts. “Tidak ada data, tidak ada transparansi, tidak ada FDA di Rusia dan mereka memiliki sejarah menyetujui obat dan vaksin dengan sedikit atau tanpa pengujian,” kata Pitts seperti dilansir Euronews.
“Ini bukan vaksin dan lebih condong ke bom molotov pada saat ini, yang sebenarnya tidak kita butuhkan dalam pertempuran global melawan COVID-19.”
Sementara itu, Fergus Walsh, seorang analis koresponden medis, mengatakan kalau data vaksin Rusia tidak dapat diverifikasi. “Rusia melacak vaksin COVID-19 dengan kecepatan yang luar biasa. Mereka memulai uji klinis pertama pada 17 Juni, beberapa bulan setelah uji klinis yang dilakukan oleh tim di China, AS dan Eropa. Tidak seperti kelompok lain, Institut Gamaleya di Moskow belum merilis data keamanan atau kekebalan apa pun dari studinya. Hal ini membuat ilmuwan independen tidak mungkin membuat penilaian.”
“Presiden Putin ingin mengirimkan pesan yang jelas kepada dunia tentang kehebatan sains Rusia. Tapi menjadi yang pertama saja tidak cukup. Belum ada vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan yang terbukti menawarkan perlindungan terhadap Virus Corona. Pertanyaan utama itu saja masih belum terjawab,” jelas Walsh.