Rumor Airlangga Mundur Demi Beri Karpet Merah Jokowi ke Golkar, Ini Jawaban Istana

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan, pengunduran diri Airlangga sebagai ketua umum Partai Golkar adalah pilihan atau hak pribadi yang bersangkutan. Ia menyebut langkah Airlangga tidak ada kaitannya sama sekali dengan Presiden Joko Widodo.

Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Presiden Joko Widodo Dalam Sebuah Acara di JHCC Jakarta Foto : Presiden.go.id

Agung juga menyebut keputusan Airlangga mundur tidak dibahas atau didiskusikan terlebih dahulu di internal partai, termasuk ke kalangan politikus senior Partai Golkar sebelum dia menetapkan sikapnya itu.

“Tidak ada, tidak ada komunikasi atau konsultasi, konsultasi dia (Airlangga) mengundurkan diri, seperti itu, tidak ada,” kata Agung Laksono.

Apa Alasan Airlangga Mundur dari Jabatan Ketum Golkar?

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengungkapkan sejumlah alasan mengapa Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto mundur dari jabatannya.

Doli menyebut Airlangga mundur dari Ketum Golkar demi mempertimbangkan soliditas di internal Golkar.

“Dasar pertimbangan pengunduran diri itu Pak Ketum mempertimbangkan soliditas di dalam jajaran Partai Golkar dan juga menjadi bagian untuk mencoba menciptakan situasi kondusif di dalam masa transisi pemerintah di masa yang akan datang,” ujar Doli sebagaimana dikutip Kompas.com di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Minggu (11/8/2024).

Menurut Doli, Airlangga perlu lebih berkonsentrasi di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menko Perekonomian.

Dia menyebut Airlangga lebih dibutuhkan kabinet untuk mengantarkan masa transisi pemerintahan ke kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto ke depannya.

“Karena banyak sekali program-program disiapkan sebagai program lanjutan untuk menjaga kesinambungan visi misi program 2 periode Jokowi-Ma’ruf Amin dan kemudian ke depan Pak Prabowo dan Pak Gibran,” tuturnya.

Sejak era reformasi, Partai Golkar silih berganti dipimpin para tokoh penting. Periode 1998-2004, partai beringin di bawah komando Akbar Tandjung. Kemudian dilanjutkan Jusuf Kalla untuk periode 2004–2009. Golkar kemudian dipimpin Aburizal Bakrie pada 2009–2014.

Kemudian dari 2014-2016, terjadi dualisme antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Dari 2016-2017, Golkar dipimpin Setya Novanto. Setelah itu, Airlangga Hartarto memimpin Golkar sampai saat ini.

Dari semua ketua umum Partai Golkar sejak era reformasi tersebut, tak ada satupun yang pernah mengundurkan diri di tengah jalan. Setya Novanto saat itu terpaksa turun dari ketua umum karena kasus korupsi.

Airlangga mengaku mundur untuk mempertahankan keutuhan Partai Golkar dan menjaga stabilitas selama transisi pemerintahan.

“Setelah mempertimbangkan dan untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat, maka dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, serta atas petunjuk Tuhan Yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan mengundurkan diri sebagai ketua umum Partai Golkar,” begitu kata Airlangga dalam siaran pers video yang diterima Republika di Jakarta, Minggu (11/8/2024).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: