Jakarta, EDITOR.ID,- Setelah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dikukuhkan sebagai Presiden dan Wapres terpilih 2024-2-29, bak madu dikelilingi lebah, partai yang tadinya adalah lawan, pengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar-Mahfud mendadak berubah arah, berebut untuk bisa merapat ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran.
Mereka telah melupakan saat masa-masa kampanye berlangsung memanas, serangan caci maki dan hinaan bertubi-tubi dilemparkan ke Prabowo-Gibran. Namun kini setelah kalah, mereka segera merapat kepada Capres Cawapres pemenang Pilpres demi ikut menikmati manisnya kekuasaan.
Diawali Partai NasDem disusul Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Yang nasibnya cukup apes PKS. Karena partai ini berharap Prabowo bersedia hadir di acara miladnya namun presiden terpilih itu berhalangan hadir. PKS tak patah arang untuk berusaha merangsek ke Prabowo sekedar membuka komunikasi politik dan membahas dukungan mereka ke pemerintahan Prabowo-Gibran dalam satu koalisi.
Belum lagi dari partai pengusung Ganjar-Mahfud. Dari kubu ini muncul PPP yang terus menagih janji bahwa mereka awalnya adalah pendukung Prabowo.
Ujung atau muara dari dukungan ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran adalah kursi jabatan menteri. Kenapa demikian? Karena partai bisa tetap eksis, survive dan memiliki sumber pembiayaan yang jelas manakala kadernya duduk di pemerintahan sebagai menteri, pejabat tinggi dan komisaris BUMN.
Namun jika partai memilih status sebagai partai oposisi maka “pendapatan” partai hanya mengandalkan dari potongan anggota dewan DPR, DPRD dan “mahar” dari Pilkada.
Oleh sebab itu meraih kursi jabatan menteri termasuk sangat strategis. Namun kehadiran tambahan empat parpol, yakni PKB, NasDem, PKS dan PPP ke koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran akan membuat koalisi gemuk dan mengurangi jatah menteri bagi partai yang sejak awal memang di barisan Prabowo, yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, Demokrat, PSI, PBB, Gelora dll.
Dan tinggal menyisakan satu partai pemilik kursi parlemen yang belum menyatakan sikap apakah akan ikut bergabung ke koalisi atau memilih oposisi yakni PDI Perjuangan.
Bergabungnya PKB NasDem dan PKS Kurangi Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Prabowo?
Parpol yang sejak awal berada di barisan Koalisi Indonesia Maju (KIM) harap-harap cemas bahwa jatah kursi menterinya akan berkurang jika Nasdem, PKB dan PKS merapat ke pemerintahan Prabowo-Gibran.
Pakar politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menyakini bahwa Prabowo-Gibran bakal membagikan kursi menteri secara merata ke seluruh partai politik yang sudah berkoalisi sejak awal maupun yang bergabung belakangan.