EDITOR.ID, Yogyakarta,- Isolasi mandiri tanpa dibekali pengetahuan bagaimana menghadapi virus ganas Corona dan tidak dipantau dokter bisa berakibat fatal. Terbukti di Yogyakarta ada sebanyak 106 orang dilaporkan meninggal dunia saat menjalani masa isolasi mandiri (isoman) sepanjang Juni-Juli 2021 ini.
Ini menjadi pelajaran berharga bagi warga yang positif tertular virus Corona namun memilih perawatan isolasi mandiri karena rumah sakit sudah tak mampu menerima layanan. Sebaiknya anda terus monitor kondisi tubuh terutama data angka pasokan oksigen ke darah. Jika terlena maka warga yang isolasi mandiri berpotensi kondisinya bisa memburuk.
“Dihitung sejak tanggal 1 Juni sampai dengan 5 Juli itu sudah 106 yang meninggal saat isoman,” kata Komandan Posko Gabungan yang juga Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Wahyu Pristiawan Buntoro saat dihubungi, Jumat (9/7/2021).
Berdasarkan data Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY hari ini, dari ratusan orang pelaku isoman itu, 49 di antaranya berstatus terkonfirmasi Covid-19. Sisanya, masuk kategori masuk kategori suspek, probable, maupun infeksius.
Menilik data TRC BPBD DIY, Kabupaten Sleman menyumbang paling banyak kasus kematian pelaku isoman sepanjang 1 Juni – 5 Juli 2021, yakni 63 kasus. Disusul Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo masing-masing 17 kasus, Kabupaten Gunungkidul 5 kasus, dan Kabupaten Bantul 4 kasus.
Sedangkan total pemakaman dengan protokol Covid-19 di DIY sepanjang periode itu tercatat 847 kali.
Pris menyebut tingginya angka kematian pada pelaku isoman ini tak terlepas dari kondisi berbagai rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 di DIY yang mulai sesak terisi.
“Rumah sakit penuh, orang sakit antre berakibat pada stuck-nya juga puskesmas karena sebagai pintu utama yang menentukan mana yang harus dirujuk dan mana yang harus isoman,” tuturnya.
“Nah pada saat rumah sakit stuck dan tidak mampu menerima rujukan yang dilakukan puskesmas, maka puskesmas hanya punya satu pilihan. Dengan kondisi apapun pilihannya hanya isoman di rumah,” sambungnya.
Pris mengklaim, para relawan telah memprediksi dan menganalisa lonjakan kasus kematian pada pelaku isoman, beserta muara permasalahnnya sejak pertengahan Juni lalu.
Diperkirakannya waktu itu lonjakan kasus kematian paling banyak terjadi di Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo.
“Dengan beberapa tipikal dan bagaimana itu fasilitas kesehatan masyarakat yang masih di luar jangkauan. Beruntung secara populasi (Gunungkidul dan Kulon Progo) tidak sebanyak Sleman,” sebutnya.
Khawatirnya, jika persoalan di hulu ini tak segera tertangani maka ledakan kasus kematian akan berkelanjutan.
“Data ini berubah menjadi semakin parah kalau persoalan stuck-nya rumah sakit tadi bisa diselesaikan,” pungkasnya. (tim)