Sementara di kampus IPB University, ia menjadi Kepala Bagian Bisnis dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University pada 2008. Sebagai salah satu dosen, namanya sempat masuk dalam bursa pemilihan rektor IPB University pada 2007.
Rachmat Pambudy, lelaki kelahiran Yogyakarta pada Desember 1956 ini memang matang di IPB University. Ia mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Peternakan IPB University pada tahun 1983.
Rachmat lalu melanjutkan studinya di bidang Komunikasi Pembangunan IPB University untuk meraih gelar master pada tahun 1988 dan meraih gelar doktor di bidang Penyuluhan Pembangunan di tahun 1999 di IPB University.
Selain sebagai praktisi agribisnis, juga sebagai Staf Pengajar IPB, juga pernah aktif sebagai peneliti pada Pusat Studi Pembangunan-Lembaga Penelitian IPB, Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit (JASTRU).
Perhatian dan konsistensinya di dunia pertanian dibuktikan juga dengan kiprahnya sebagai pendiri dan Dewan Pakar LSM Komite Pemantau dan Pengawasan Pertanian Indonesia (KP3I) sejak 2016.
“Bangsa lain makmur karena produk pertanian kita. Seharusnya kita bisa lebih makmur lagi,” kata Rahmat. Hal itulah yang membuatnya tidak mau berpaling dari agribisnis, yang telah puluhan tahun ia tekuni.
Sejak tahun 2018, Rachmat Pambudy menjabat sebagai Komisaris Independen PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) Tbk, produsen minyak kelapa sawit terkemuka di Indonesia yang mengoperasikan perusahaan perkebunan sawit di Kalimantan Tengah.
“Agar sawit bisa bersaing di pasar global dengan minyak nabati lain, seluruh masyarakat harus kompetitif dan memastikan sawit menjadi bagian dari aset nasional,” ungkapnya.
Disebut sebagai Bapaknya Petani Tebu Blora, ia pernah berkiprah sebagai Direktur Utama PT Gendis Multi Manis Bulog. Di Pabrik Gula (PG) yang berada di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora ini, Rachmat dikenal dekat dengan petani dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan petani tebu di Blora, Jawa Tengah.
“Sepanjang sejarah industri gula di Indonesia, belum ada pabrik gula yang berani menarget rendeman sampai 10 persen. Kami ingin mewujudkannya, sehingga produksi lebih baik sebagai tanda kebangkitan industri gula Indonesia dari Blora. Begitu juga petani akan menikmati hasil yang lebih baik,” ujar Rachmat, saat giling tebu untuk musim tahun 2018.
Berbagai kiprah yang telah dilakukan oleh Rachmat untuk para petani tebu Blora sangat membekas di hati nurani wong cilik yang sampai saat ini tidak pernah dapat dilupakan.
Munculnya istilah MBS (Masak, Bersih,Segar) Potlot adalah salah satu nama karya Rachmat yang sudah dipatenkan oleh PG GMM dalam rangka meningkat kualitas hasil gula yang tidak dimiliki pabrik gula lain di Jawa Tengah.