Terkait peningkatan produktivitas padi, Ganjar mengatakan, memang perlu digenjot. Menurutnya, apabila satu hektare sawah dapat menghasilkan padi sekitar 7-8 ton maka kebutuhan pangan akan tercukupi dan stok beras akan melebihi kebutuhan pasar. Dengan begitu harga juga dapat stabil.
“Kalau produktivitasnya banyak, asumsi saja per hektare itu kita bisa menaikkan kapasitas panen jadi tujuh ton katakan sudah bagus banget, syukur bisa delapan ton,” katanya.
Namun untuk meningkatkan produktivitas ini problem yang dihadapi petani adalah kurangnya pasokan pupuk. Maka dari itu Ganjar mendorong agar pasokan pupuk termasuk obat-obatan harus menjadi perhatian khusus. Kemudian adalah skema harga panen padi dan harga padi kering di tingkat petani.
“Maka kita butuh mempertimbangkan masukan petani tadi soal pupuk. Pupuk kita kurang banyak, terus kemudian saprotan yang dibutuhkan seperti obat-obatan. Terakhir tinggal berapa harga di tingkat petani yang sekarang sedang dihitung oleh Badan Pangan Nasional, ini cukup complicated tapi rice milling unit seperti ini menurut saya butuh lebih banyak,” paparnya.
Ganjar menambahkan, penguatan fungsi Bulog harus dilakukan. Hal itu untuk menjaga stabilitas pangan dengan serapan dari petani yang jauh lebih banyak. Ia juga berpesan agar liberalisasi pangan mulai dipikirkan ulang dengan mengembalikan fungsi Bulog.
“Ketika Bulog bisa punya lebih banyak peralatan seperti ini maka serapannya jauh lebih bagus. Mulai kita pikirkan jangan meliberalisasi pangan. Jangan. Kita musti kembalikan lagi. Menurut saya penting untuk memperkuat Bulog agar kemudian pangan nasional bisa tercukupi sehingga harapannya bisa lebih banyak lagi yang seperti ini dibikin,” katanya.(tim)