Kudus – Kepolisian Resor (Polres) Kudus ‎mengawasi informasi keliru mengenai virus corona.
Pasalnya banyak berita hoaks yang beredar di tengah masyarakat Kudus.
Kebanyakan berita itu meresahkan masyarakat.
“Ya misalnya tentang ODP (orang dalam pemantauan) dan PDP (pasien dalam pengawasan) yang jumlahnya tidak sesuai, justru dibesar-besarkan,” ujar Kapolres Kudus AKBP Catur Gatot Efendi, Selasa (31/3/2020).
Saat ini pihaknya sudah mendapatkan lima akun media sosial yang masih dalam pengawasan.
Dia tak segan akan menjerat kepada pelaku itu dengan undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
“Sekarang kami sudah melakukan pemantauan terhadap dua sampai lima akun media sosial dan akan melakukan take down terhadap konten hoaks‎,” jelas dia.
Siapa saja mereka?
AKBP Catur belum mengungkap identitas 5 akun tersebut.
Selain itu, AKBP Catur akan memantau penggunaan anggaran sebesar Rp 15 miliar untuk penanganan covid-19.
Polisi memiliki tim agar penggunaan anggaran dilaksanakan secara benar.
“Kami sudah punya tim saber pungli.”
“Itu yang akan melakukan pemantauan,” jelas dia, disela-sela apel siaga covid-19.
Dalam apel siaga itu dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Kabupaten Kudus, di antaranya Plt Bupati Kudus, HM Hartopo, dan Komandan Kodim 0722/Kudus, Letkol Arm Irwansah.
Penyemprotan disinfektan itu menggunakan mobil water cannon dan pemadam kebakaran di jalan-jalan utama dari alun-alun simpang tujuh Kudus dan kembali lagi ke sana.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Joko Dwi Putranto menjelaskan, telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 15 miliar dari APBD untuk menangani kasus covid 19.
Anggaran tersebut dipakai untuk pengadaan alat kesehatan berupa alat pelindung diri (APD), rapid test, dan penyemprot disinfektan.
“Sebagian alat kesehatan sudah datang, tetapi sebagian lagi belum.”
Joko menambahkan, satu di antara alat yang dipesan yakni rapid test untuk mempercepat proses pengecekan kondisi pasien dalam pengawasan.
Jumlah alat rapid tes corona yang diberikan dari Pemprov Jateng ‎hanya 50 unit sehingga pihaknya perlu melakukan pengadaan sendiri.
“Kemarin itu sudah datang tapi jumlahnya sedikit, makanya kami perlu untuk menambah lagi,” kata dia. (dealova)