Tidak ada jawaban yang mudah
Harapan bahwa berbagai pertemuan antara pemimpin negara-negara selama dua bulan terakhir dapat memperbaiki krisis yang tengah melanda tatanan internasional berujung mengecewakan.
Perhelatan G20 memang mempertemukan kekuatan-kekuatan besar dunia yang saat ini seakan terpencar menjadi beberapa kubu – mulai dari G7, NATO, Uni Eropa, Quad hingga BRICS. India adalah satu-satunya kekuatan besar yang bermain dua kaki, dengan menjadi anggota Quad dan BRICS sekaligus.
Pada akhirnya, konferensi Menlu G20 di Bali menjadi bukti adanya tren menuju sistem bipolar baru yang didominasi oleh AS dan Cina, dan mengubah tatanan internasional liberal dalam periode pascaperang dingin.
Cina mungkin melihat invasi Ukraina sebagai cara Kremlin mempercepat munculnya tatanan baru ini. Namun, di sisi lain, Cina juga punya kepentingan untuk memastikan bahwa agresi tersebut akan melemahkan Rusia dan membuat Moskow tidak menjadi pusat kekuatan independen.
Beijing juga mengakui bahwa dalam sistem bipolar, langkah diplomatik jelas sangat dibutuhkan. Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan peluang bagi AS dan sekutunya untuk terlibat dengan Cina dalam membentuk transisi menuju tatanan internasional baru yang mereformasi – alih-alih menggantikan – sistem saat ini.
menerima dana dari the United States Institute of Peace. Ia pernah menerima hibah dari Dewan Riset Ekonomi dan Sosial Inggris, Akademi Inggris, Program Sains untuk Perdamaian oleh NATO, Program Kerangka Kerja 6 dan 7 dan Horizon 2020 oleh Uni Eropa, serta Program Jean Monnet Uni Eropa. Stefan merupakan peneliti senior di Pusat Kebijakan Luar Negeri di London dan dan Koordinator jaringan lembaga akademik OSCE.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris