Perang Ukraina: Walk out Rusia pada KTT Menlu G20 menambah ketegangan, sementara Cina maju unjuk diri

Sesi pertama pada hari Jumat, seperti yang diduga, berjalan sangat sengit. Para pemimpin negara barat menantang Menlu Rusia, Sergei Lavrov, terkait perang Ukraina. Pada konferensi pers setelah sesi diskusi selesai, Lavrov menggambarkan bagaimana diskusi tersebut terasa penuh amarah.

Sesi kedua tidak berjalan lebih baik. Lavrov walk out sesaat setelah ia menyampaikan sambutannya, dan tidak menghadiri diskusi berikutnya, sementara para pemimpin Barat menolak untuk berbagi panggung dengannya untuk berfoto bersama di acara tersebut.

Cina unjuk diri

Terlepas dari kegagalan untuk menghasilkan kesepakatan bersama, konferensi Menlu tersebut tidak bisa dianggap gagal total karena berhasil melangsungkan berbagai pertemuan bilateral di sela-sela agenda utama. Sehingga, organisasi seperti PBB dan Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) – yang tidak bisa ambil bagian dalam pertemuan diplomatik di forum multilateral – bisa terlibat sangat produktif.

Seperti yang sudah bisa ditebak, mengutip pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Cina, pertemuan antara Lavrov dan Menlu Cina Wang Yi pada malam sebelum dimulainya konferensi menegaskan komitmen kedua belah pihak untuk terus melanjutkan kerja sama.

Dalam sesi pertama konferensi Menlu G20 tersebut, Wang menegaskan kembali sikap Cina tentang perlunya menegosiasikan jalan keluar dari perang. Ia mendesak NATO dan Uni Eropa untuk lebih melibatkan Rusia dalam membangun “arsitektur keamanan yang seimbang, efektif dan berkelanjutan di Eropa”, daripada menjatuhkan “sanksi sepihak” yang justru meningkatkan ketegangan di kawasan dan memicu konfrontasi. Wang juga menekankan bahwa “Rusia dan Ukraina adalah sama-sama teman Cina” dan bahwa Beijing akan terus mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina.

Menlu Cina juga bertemu – antara lain – dengan Menlu India, Australia dan Jerman. Pertemuan-pertemuan tersebut bukan hanya memberikan hasil substantif, tapi juga menunjukkan bahwa penting bagi Cina untuk terus melakukan diplomasi bilateral di saat-saat seperti ini, ketika Cina tetap mempertahankan sikapnya untuk tidak mengecam Rusia atas perang Ukraina dan – bersama India, Brasil, dan Afrika Selatan – menawarkan implementasi platform keuangan internasional kepada Moskow pada KTT BRICS di Beijing Juni lalu

Chinese Foreign Minister Wang Yi sits listening to a speech at the G20 Foreign Ministers’ Meeting in Nusa Dua, Bali.
Meningkatkan pengaruh: Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi. PA-EFE/Dita Alankara/pool

Sepertinya, pertemuan bilateral antara Wang dan Menlu AS, Antony Blinken – yang berlangsung selama lebih dari lima jam – adalah pertemuan yang paling ditunggu-tunggu. Blinken menyebut pertemuan itu “bermanfaat dan konstruktif”. Walaupun tetap ada ketidaksepakatan antara kedua belah pihak, Cina menyatakan bahwa ada beberapa kesepakatan dan komitmen yang dibangun oleh Washington dan Beijing untuk meningkatkan kerja sama dalam berbagai isu, seperti perubahan iklim dan kesehatan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: