Pentingnya Memaknai Peringatan Haul Bung Karno ke-51 Bagi Generasi Bangsa

pentingnya memaknai peringatan haul bung karno ke 51 bagi generasi bangsa

EDITOR.ID ? Jakarta, Peringatan Haul Bung Karno diselenggarakan oleh DPP Gerakan Pembumian Pancasila(GPP) melalui virtual pada Minggu (20/62021).

Dalam rangkaian peringatan Hari Lahir Pancasila ke-76 dan HUT GPP ke-2, dihadirioleh DPP, DPD, DPC GPP, para pemerhati Pancasila, pengikut ajaran Sukarno, para mahasiswa, dan undangan lainnya.

Hadir dalam acara Mayjen Pol (Purn) SidartoDanusubroto, S.H. (Wantimpres RI) yang memberikan Refleksi Haul Bung Karno ke-51, Badan Pendiri GPP, dr. Andi Talman Nitidisastro, para Dewan Pembina DPP GPP, Ketua Umum DPP GPP, Dr.Antonius D.R.Manurung, M.Si. dan Sekretaris Jendral DPP GPP Dr.Bondan Kanumoyoso, M.Hum (sekaligus keduanya sebagai penulis Buku Pancasila), serta para nara sumber : Dr. Muhammad Sabri, M.Ag (Direktur Pengkajian dan Materi BPIP), Dr.Drs. ChandraSetiawan, M.M., Ph.D. (Ketua Dewan Pakar DPP GPP), dan Ir. Hertoto Basuki (Badan Pendiri GPP).

pentingnya memaknai peringatan haul bung karno ke 51 bagi generasi bangsa 2
pentingnya memaknai peringatan haul bung karno ke 51 bagi generasi bangsa 2

Dalam sambutan pembukanya, Ketua Umum DPP GPP, Dr. Antonius D.R.Manurung, M.Si mengingatkan pentingnya memperingati Haul Bung Karno karena Bung Karno telah meninggalkan ?legacy? (warisan) berharga bagi bangsa dan Negara Indonesia, diantaranya: Pemikiran Trilogi Semangat Nasional, Kemauan Nasional, dan Perbuatan Nasional (1923), Persatuan Nasional: Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme (1926), Marhaenisme (1927), Pledoi Indonesia Menggugat (1930), Mencapai Indonesia Merdeka (1933), Buah Permenungan Pancasila selama di Ende (1934-1938), ?Tabir Lambang Perbudakan? (1939), Pidato Pancasila 1 Juni 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (Proklamator bersama Bung Hatta), UUD 1945, Buku Sarinah (1947), Gagasan Konferensi Asia Afrika 28 April ? 2 Mei 1954 di Bandung, Manifesto Politik, USDEK (1959), Gagasan ?To Build the World A New? dalam Sidang Umum PBB ke XV di New York tanggal 30 September 1960, Pembentukan GANEFO (1963), Pemikiran dalam Buku di Bawah Bendera Revolusi (1964), Jilid I dan II, Tahun Vivere Pericoloso-Tavip/TRISAKTI (1964), BERDIKARI (1965), Pidato Kenegaraan tahun 1957 – 1966 (khususnya tentang Nation and Character Building), Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah?(1966), dan banyak warisan (legacy) lainnya.

Lebih jauh, Dr. Anton menyatakan: ?Bung Karno telah banyak meninggalkan ?legacy? untuk bangsa dan Negara ini?, dan selanjutnya muncul pertanyaan reflektif: ?Bagaimana kita membangun ?legacy? untuk bangsa dan negara Indonesia?, terutama dalam melawan setan terselubung Covid 19, melawan segala bentuk dan manifestasi deideologisasi, serta meneruskan cita-cita revolusi (proklamasi) Indonesia, teristimewa menyongsong Indonesia Emas 2045.

pentingnya memaknai peringatan haul bung karno ke 51 bagi generasi bangsa 3
pentingnya memaknai peringatan haul bung karno ke 51 bagi generasi bangsa 3

Sementara, dalam awal refleksinya, Mayjen Pol (Purn) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H., Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) RI menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas acara Peringatan Haul Bung Karno ke-51 yang diselenggarakan oleh DPP GPP.

Dalam suasana kebatinan yang mendalam, tokoh yang pernah menjadi ajudan Sukarno, Presiden RI Pertama ini menyatakan warisan pemikiran dan ajaran Bung Karno dengan segala kelebihannya dan sangat berkualitas sebagai negarawan.

Namun, sungguh tragis, di akhir hayatnya, Bung Karno meninggal dunia dalam kesepian dan kesendirian sebagai tahanan rumah.

Sidarto menyaksikan bagaimana derita seorang pendiri bangsa yang ditahan dan melihat kondisi kesehatan menurun. Terasa semakin pedih ketika mendengarkan kata-kata Bung Karno yang menyayat sukma, ?Saya boleh ditahan dan dikucilkan dan lama-lama akan meninggal dunia, tapi catat Tok bahwa jiwa-semangat ideology saya tidak akan bisa dibunuh?.

Sidarto dengan penuh penghayatan mengulangi kembali kata-kata Bung Karno, ?Semangat ideology saya tidak bisa terbunuh?.

Terbukti hingga saat ini ajaran dan pemikiran Sukarno semakin banyak diwarisi oleh generasi bangsa.

Sebagai contoh, kita memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni (sesuai Keputusan Presiden RI No.24 tahun 2016). Selain itu,nama besar Bung Karno diabadikan di banyak negara (Kairo, Maroko, Pakistan, Mexico, Aljazahir, dan banyak Negara lainnya) karena Bung Karno dianggap sebagai sosok yang memberikan semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia-Afrika.

Selanjutnya, Mayjen Pol (Purn) Sidarto menyitir apa yang pernah disampaikan oleh Bung Karno dalam buah pemikiran tentang ?Indonesia yang masih perawan dan kaya raya?, dimana Bung Karno tidak mengizinkan HPH (hak pengusahaan hutan) dan menyebutkan bahwa Indonesia merupakan paru-paru dunia, di luar Brazil dan Kongo.

Pada saat itu juga Bung Karno belum memperbolehkan masuknya modal asing untuk mengelola sumber daya alam Indonesia. Jadi sumber daya alam masih utuh sama sekali pada saat itu, ujarnya.

Sidarto Danusubroto, anggota Wantimpres 2 (dua) periode kepemimpinan Jokowi ini juga menyampaikan dalam refleksinya bahwa Sukarno menekankan Pancasila menjadi sangat penting dan berharga karena menghormati keberagaman (kebhinekaan); telah terbukti sebagai magnet pemersatu, menjadi Philosophische Grondslag, Weltanschauung, dan leitstar dinamis (bintang penuntun/petunjuk arah untuk mewujudkan tujuan nasional yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945).

Oleh karenanya, tantangan kedepan buat kita semua adalah mewujudkan Pancasila sebagai intisari nilai-nilai luhur menjadi working and living ideology (ideology kerja dan hidup); roh Pancasila adalah keteladanan.

Sebagai contoh: Sila Pertama harus ditunjukkan dengan perilaku berketuhanan, toleran pada keberagaman/kebhinekaan, jujur, disiplin, dan kerja keras, tidak dengan ritual; demikian halnya dengan penerapan sila II s/d sila V harus didasarkan pada roh keteladanan, ujar Sidarto.

Pada akhir refleksinya, Mayjen Pol (Purn) Drs. SidartoDanusubroto, S.H., yang pernah menjadi Ketua MPR RI, dalam usianya yang ke-85, dan telah membuktikan pengabdiannya pada bangsa dan negara, semenjak era kepemimpinan Sukarno, era Soeharto, dan era reformasi memberikan ilustrasi perumpamaan bahwa Indonesia merupakan rumah bangsa; Pancasila adalah fondasi; tiangnya adalah UUD 1945; atap dindingnya adalah NKRI; dan penghuninya adalah masyarakat bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika.

Untuk itu, perlu upaya membangkitkan kembali nilai-nilai luhur dan pandangan hidup Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan spiritualitas bangsa.

Hanya dengan Pancasila kita berdiri dan kokoh sekalipun menghadapi begitu banyak tantangan dan cobaan; lebih jauh dan dalam, pemahaman Pancasila harus kembali ke semangat Pidato Sukarno 1 Juni 1945, mempersatukan, secara bersama-sama dan bergotong-royong dalam menghadapi permasalahan bangsa yang kita hadapi saat ini.

Oleh sebab itu, menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh komponen bangsa menjaga eksistensi Pancasila serta merawat dan membumikan Pancasila, karena Pancasila adalah ideologi yang paling tepat bagi bangsa dan Negara Indonesia, bukan ideology yang lain, imbuhnya mengakhiri refleksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: