EDITOR.ID, Jakarta,- Gelombang penularan virus Corona di Indonesia kini memasuki darurat dan kritis. Lonjakan jumlah pasien terus berdatangan ke rumah sakit. Kondisi ini terjadi merata hampir semua di Propinsi Jawa seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten.
Kabar yang beredar konon virus Corona varian Delta telah menyusup ke Indonesia. Konon virus ini diimpor oleh Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dan saat Lebaran kemarin pulang kampung.
Virus Corona varian Delta menjadi sorotan dunia karena dianggap sangat mudah menular. Bahkan varian ini disebut bisa menular hanya dengan berpapasan.
Hasil tracing di Australia pada kasus yang terjadi di salah satu pusat perbelanjaan South Wales, menunjukkan betapa cepatnya penularan varian Delta.
Hal ini kemudian ditanggapi oleh Ketua Satgas IDI Prof Zubairi Djoerban yang menyebut transmisi cepat varian Delta bukan candaan semata.
Dalam cuitannya di akun Twitter pribadi miliknya, Prof Zubairi mengatakan kecepatan transmisi varian Delta sudah menjadi perhatian khusus para ahli, terutama kejadiannya tak hanya terjadi sekali di Australia.
“Makanya pejabat kesehatan Australia mengingatkan bahwa penularan virus tidak lagi butuh waktu hingga 15 menit, tapi dimungkinkan bisa dalam hitungan detik,” tulisnya.
Hal itu yang menjadi konsern para ahli, apalagi kejadiannya tidak terjadi sekali saja di sana.
Makanya pejabat kesehatan Australia mengingatkan bahwa penularan virus tidak lagi butuh waktu hingga 15 menit, tapi dimungkinkan bisa dalam hitungan detik.
Bagaimana transmisi kilat itu bisa terjadi?
Ahli virologi Universitas Griffith, Lara Herrero, mengatakan dalam momen transmisi yang terekam di CCTV, virus didapati bisa bertahan di udara cukup lama sehingga seseorang bisa menghirupnya dan kemudian terinfeksi.
Transmisi kontak sekilas juga didukung pernyataan beberapa ahli temasuk ahli epidemiologi dunia Eric Feighl-Ding.
“Secara global, varian Delta memang menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang tinggi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Kabar baiknya, sebagian besar vaksin yang beredar masih bisa bekerja melawan varian Delta ini,” pungkas Prof Zubairi. (tim)