Jakarta, EDITOR.ID – Minggu, 29 Januari 2023. Koalisi Perubahan, sesuai dengan sebutannya berubah-ubah, dinamis tarik ulur hingga penentuan sosok Bakal calon Presiden ( Bacapres) Anies Baswedan (AB) tak kunjung dideklarasikan, apalagi menetapkan sosok cawapresnya?
Tetiba Nasdem Datangi Gerindra dan PKB
Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco mengunggah foto di akun Instagram nya momen hangat bersama petinggi partai PKB dan Nasdem.
“Menuju Koalisi Perubahan Kebangkitan Indonesia Raya,” tulis Sufmi Dasco yang dijadikan caption foto tersebut.
Tak disangka-sangka, sekretariat bersama (sekber) Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang digagas Gerindra dan PKB kedatangan tamu dari elite Partai Nasdem.
Tentu menjadi pertanyaan besar bagi Gerindra dan PKB, apakah kedatangan Nasdem tersebut berniat ingin berlabuh ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya?
Pertanyaan lainnya, apakah Nasdem akan berpisah dengan Demokrat dan PKS?
Sowannya Nasdem dipastikan memberi sinyal sangat jelas kalau Koalisi Perubahan sedang dalam kondisi mengalami keretakan. Retak ibarat kaca belum pecah.
Apakah mungkin karena Nasdem sudah lelah dengan solusi yang selama ini dijalankan ternyata tidak kunjung memperoleh hasil, sehingga mencari alternatif lain dengan menemui sekretariat bersama (sekber) Gerindra dan PKB – istilahnya nyebrang ke koalisi partai lain?
Diketahui Nasdem hingga saat ini belum (mau) membuat koalisi, itu artinya Nasdem punya peluang bisa bergabung dengan partai lain (Gerindra-PKB).
Menanyakan hal tersebut ke Waketum Nasdem Ahmad Ali bulang mengatakan, “Kunjungan Nasdem ke sekber Gerindra dan PKB adalah bagian dari silaturahmi,” katanya.
Ahmad Ali bulang mengakui dinamika berpolitik itu bersifat dinamis yang memungkinkan segala sesuatunya bisa saja terjadi tanpa diduga sebelumnya.
“Kalau kunjungan tadi itu kunjungan silaturahmi, membudayakan membangun komunikasi dengan pandangan politik, itu kan menjadi hal yang wajar selama ini. Ya bahwa politik itu dinamis kita juga nggak bisa menutup-nutupuli realitas itu, bahwa semuanya itu kemungkinan-kemungkinan,” paparnya.
Sementara yang sudah terjadi yang semula telah direncanakan koalisi dengan PKS dan Demokrat faktanya telah bubar di tengah jalan.
Hal itu juga yang menguatkan apa yang telah direncanakan belum tentu berhasil, contohnya Demokrat yang selama ini selalu mengatakan bahwa Koalisi Perubahan solid.
Demokrat secara gamblang resmi mendukung AB meskipun bisa saja dikatakan tidak menjadi AHY sebagai Cawapresnya.
Disisi lain, Nasdem dalam keadaan goyah – seakan-akan Nasdem sedang mengalami ketidakpercayaan diri, dan Nasdem sepertinya akan berpikir ulang jika harus berkoalisi bersama dengan PKS maupun berkoalisi dengan Demokrat.
Surya Paloh mendadak bertemu dengan Jokowi di istana. Ada apa?
Ditengah-tengah kerenggangan hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Surya Paloh (SP), terutama setelah Partai Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan (AB) sebagai bakal calon Presiden (Bacapres) menjadikan SP seakan-akan kebingungan.
Akhirnya terjadi juga pertemuan Ketua Umum Nasdem, SP dengan Presiden Jokowi, SP dipanggil Presiden Joko Widodo untuk datang ke Istana Negara, Kamis (26/1/2023) sore.
Menurut penjelasan dari Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, “Pak Surya Paloh sudah lama, sudah beberapa bulan ini minta waktu menghadap ke Bapak Presiden,” ungkapnya
Tidak ada yang tahu persis isi pembicaraan Surya Paloh (SP) bertemu dengan Presiden Jokowi, tidak ada satu media pun memberitakan isi pembicaraan berdua secara empat mata SP dengan Presiden Jokowi.
Isi perbincangan antara SP dengan Presiden Jokowi, mungkin tidak akan pernah dipublikasikan.
Sepertinya hanya bagian yang seperlunya saja disampaikan ke publik. Sedangkan bagian lainnya hanya berdua yang tahu
Kalau pun boleh mengira-ngira, mungkin skenarionya: Presiden Jokowi bicara soal reshuffle, sedangkan SP disodorkan dua pilihan, apakah mau tetap setia, itu artinya kader Nasdem tetap Menteri di kabinet, atau memilih berpisah (karena tetap mengusung AB sebagai Bacapres) dengan resiko ke-tiga menterinya dicopot.
Dugaan lain mungkin saja SP sedang kebingungan, bisa jadi mulai menyesal dan tak mau lagi mendukung Anies.
Atau SP minta solusi kepada Presiden Jokowi bagaimana cara membatalkan dukungan terhadap AB paling tidak dengan cara yang lebih elegan tanpa dihujat publik.
Pertemuan SP – Jokowi Dinilai Pengamat Politik
Sementara seorang pengamat politik menilai pertemuan antara SP dengan Presiden Jokowi dinilai sangat positif untuk kedepannya dalam mempererat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
Meskipun berdua tak bicara soal Reshuffle Kabinet, akan tetapi sosok berdua dinilai sudah berupaya menunjukkan kekompakannya, bahwa persahabatan diantara mereka berdua nampaknya selalu tetap hangat, selain dengan Ketua Umumnya, juga hubungannya antara Presiden Jokowi dengan Nasdem, meski berbeda pandangan sikap politik.
Informasi yang diperoleh dari pertemuan tersebut dibenarkan oleh Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwoto.
“Saya dengar begitu (ketemu Kamis sore). Tapi isi pembicaraannya saya belum mendapatkan konfirmasi dari Ketum,” ujar Sugeng, melansir dari Kompas.com, Jumat (27/1).
Bendahara Umum DPP Partai Nasdem Ahmad Sahroni menyebut Ketum Nasdem, SP, “Mendadak dipanggil Presiden Jokowi pada Kamis sore kemarin,” ucapnya ketika dikonfirmasi.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu juga tak mengetahui isi pembahasan SP dan Presiden Jokowi pada pertemuannya pada sore hari itu.
Ahmad Sahroni mengungkapkan pertemuan keduanya berlangsung lebih dari satu jam.
Sementara pihak Istana Negara membenarkan adanya pertemuan Presiden Jokowi dengan SP di istana pada Kamis sore.
“Betul ada pertemuan tersebut kemarin sore,” ujar Deputi Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin saat dikonfirmasi.
Penilaian Pengamat Politik
Salah satu pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menilai pertemuan itu terlihat jelas ketidaksukaan Presiden Jokowi setelah Nasdem mendeklarasikan dukungannya untuk mantan Gubernur DKI Jakarta sebagai Bacapres Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti.
“Di situlah titik pangkal masalahnya. Nah Nasdem tahu dan paham itu,” ujarnya.
Pertemuan Presiden Jokowi dengan SP, tak hanya menghasilkan spekulasi reshuffle kabinet, akan tetapi juga adanya kemungkinan Nasdem bakal meninggalkan AB.
Setelah pertemuan khusus antara SP dengan Presiden Jokowi, menurut Ujang Komarudin, “AB berpotensi bakal ditinggalkan oleh Nasdem, hal tersebut seusai hasil dari pertemuan tersebut,” jelasnya.
Dan mengisyaratkan bahwa Nasdem akan kembali ke pemerintahan, dengan demikian AB bakal tak lagi sebagai Bacapres dari Nasdem.
Nasib mantan Gubernur DKI Jakarta itu bagai diujung tanduk, yang semula diusung bakal menjadi Bacapres dari Nasdem, kini menjadi dipertanyakan keberlanjutannya.
Ujang Komarudin beralasan, bahwa pada hari yang sama, beberapa elite politisi Nasdem melakukan pertemuan dengan para elite politisi Gerindra dan juga bertemu dengan para elite politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Sekretariat Bersama (Sekber).
“Khawatir Nasdem ini balik badan, balik arah suatu saat nanti akan tinggalkan Anies,” lanjut Ujang Komarudin.
Ujang Komarudin pun menegaskan atas sikap ketidaksukaan Presiden Jokowi setelah SP mendeklarasikan AB sebagai Bacapres dari Nasdem.
Ujang Komarudin berpandangan, “Justru ketika Nasdem masih ngotot mendukung AB (Bacapres), maka pertemuan dan komunikasi antara SP dengan Presiden Jokowi tak akan terjadi.
“Nah setelah komunikasi itu (pertemuan Presiden Jokowi dengan SP) bisa dibangun kembali, maka manuver perubahan itu harus dilakukan oleh Nasdem,” imbuh Ujang Komarudin.
Setelah pertemuan SP dengan Presiden Jokowi, Ketua Umum Nasdem , SP memanggil Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar.
Pemanggilan ketiga Menteri kader dari Nasdem itu menurut Wasekjen Nasdem, “Pemanggilan tersebut merupakan pertemuan rutin, memberi sinyal baik,” terangnya, dan nampak terlihat jelas dari senyuman yang ditunjukkan oleh SP.
Tetiba Nasdem Datangi Gerindra dan PKB
Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco mengunggah foto di akun Instagram nya momen hangat bersama petinggi partai PKB dan Nasdem.
“Menuju Koalisi Perubahan Kebangkitan Indonesia Raya,” tulis Sufmi Dasco yang dijadikan caption foto tersebut.
Tak disangka-sangka, sekretariat bersama (sekber) Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang digagas Gerindra dan PKB kedatangan tamu dari elite Partai Nasdem.
Tentu menjadi pertanyaan besar bagi Gerindra dan PKB, apakah kedatangan Nasdem tersebut berniat ingin berlabuh ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya?
Pertanyaan lainnya, apakah Nasdem akan berpisah dengan Demokrat dan PKS?
Sowannya Nasdem dipastikan memberi sinyal sangat jelas kalau Koalisi Perubahan sedang dalam kondisi mengalami keretakan. Retak ibarat kaca belum pecah.
Apakah mungkin karena Nasdem sudah lelah dengan solusi yang selama ini dijalankan ternyata tidak kunjung memperoleh hasil, sehingga mencari alternatif lain dengan menemui sekretariat bersama (sekber) Gerindra dan PKB – istilahnya nyebrang ke koalisi partai lain?
Diketahui Nasdem hingga saat ini belum (mau) membuat koalisi, itu artinya Nasdem punya peluang bisa bergabung dengan partai lain (Gerindra-PKB).
Menanyakan hal tersebut ke Waketum Nasdem Ahmad Ali bulang mengatakan, “Kunjungan Nasdem ke sekber Gerindra dan PKB adalah bagian dari silaturahmi,” katanya.
Ahmad Ali bulang mengakui dinamika berpolitik itu bersifat dinamis yang memungkinkan segala sesuatunya bisa saja terjadi tanpa diduga sebelumnya.
“Kalau kunjungan tadi itu kunjungan silaturahmi, membudayakan membangun komunikasi dengan pandangan politik, itu kan menjadi hal yang wajar selama ini. Ya bahwa politik itu dinamis kita juga nggak bisa menutup-nutupuli realitas itu, bahwa semuanya itu kemungkinan-kemungkinan,” paparnya.
Sementara yang sudah terjadi yang semula telah direncanakan koalisi dengan PKS dan Demokrat faktanya telah bubar di tengah jalan.
Hal itu juga yang menguatkan apa yang telah direncanakan belum tentu berhasil, contohnya Demokrat yang selama ini selalu mengatakan bahwa Koalisi Perubahan solid.
Demokrat secara gamblang resmi mendukung AB meskipun bisa saja dikatakan tidak menjadi AHY sebagai Cawapresnya.
Disisi lain, Nasdem dalam keadaan goyah – seakan-akan Nasdem sedang mengalami ketidakpercayaan diri, dan Nasdem sepertinya akan berpikir ulang jika harus berkoalisi bersama dengan PKS maupun berkoalisi dengan Demokrat
Dalam rentang waktu yang begitu relatif dekat, ibarat sinyal terdeteksi sangat kuat – bahwa Koalisi Perubahan nampaknya tidak lagi solid.
Pertemuan SP dan LBP di London.
Sebelum Presiden Jokowi memanggil SP, ada pertemuan SP dengan seorang Menteri Presiden Jokowi, pertemuan itu di London, nampak jelas dari unggahan foto di akun Facebook Peter F Gontha tentang pertemuan SP bersama Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan (LBP).
Diketahui, SP – LBP dan juga Peter Gontha dulunya sama-sama berjuang di Partai berlambang pohon Beringin.
“Saya berada diantara ditengah dua orang yang sangat saya hormati dan hargai,” tulis Peter F Gontha.
Kemudian Peter F Gontha menjelaskan keterangan foto unggahan tersebut mengapa sampai ada pertemuan SP dengan LBP di London?
“Pada waktu putra sulung saya merencanakan pernikahan dengan istrinya, pada tahun 1997, dua insan yang berbeda agama, adalah Bapak Surya Paloh yang mengambil peranan penting agar pernikahan tersebut dapat terlaksana, hari ini cucu dari pernikahan tersebut telah berumur 24 tahun,” papar Peter F Gontha.
“Pada waktu putri bungsu saya merencanakan pernikahan, juga dua insan yang berbeda agama, adalah Bapak Luhut Panjaitan yang memegang peranan besar di Gereja maupun di mesdjid di Los Angeles California pada tahun 1999, adalah Bang Luhut Panjaitan (LBP) yang memegang peranan besar dan terbang 20 jam dari jakarta untuk hadir dan mewakili kami,” tambah Peter F Gontha.
“Sekarang cucu saya telah berumur 20 tahun. Hubungan keluarga yang emosional ini yang membuat saya berada ditengah kedua tokoh yang saya hormati ini”, demikian penjelasan Peter F Gontha.
“Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberi keduanya berkah dan menerangi jalan yang mereka tempuh sesuai nalar dan pemikirian mereka dan semoga pada akhirnya, jalan yang berbeda pandangan tersebut, bertemu pada ufuk cakrawala, Amin,” tutup Peter F Gontha.
Manuver Anies yang membuat kemarahan Jokowi
Ucapan Anies di media sosial soal IKN, juga yang diimplisitkan menyerang pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung, dibaca oleh Jokowi secara terang-terangan, bahwaAnies adalah diskontinuitas dari agenda besar Jokowi.
Ini artinya kalau Anies masuk dalam kompetisi 2024 dan menang dipastikan akan menghentikan agenda-agenda besar Jokowi yang belum terselesaikan termasuk IKN.
Puncak kemarahan Jokowi, diundanglah SP untuk datang ke Istana. Jokowi berikan hanya 2 pilihan kepada SP : Reshuffle atau tinggalkan AB!
SP pasti berhitung secara pragmatis dengan perkiraannya, apakah secara perlahan meninggalkan AB?
Dengan waktu tak berjauhan, AB secara resmi didukung sepenuhnya oleh Demokrat, Demokrat secara terang-terangan mengatakan akan tetap mendukung AB sebagai Capresnya meskipun AHY tak dijadikan Cawapresnya AB.
Selain itu semua orang pun sudah mengetahui kalau Demokrat adalah partai yang paling tidak disukai oleh PDIP, hal seperti inilah yang menjadikan AB bagaikan anak bawang dalam peta perpolitikan di Indonesia.
Dan, nampaknya SP masih menginginkan kadernya yang kini masih menjadi menteri di Kabinet – tetap mengabdikan dirinya pada Negara dan Bangsa Indonesia.
Apabila benar-benar terjadi kalau AB ditinggalkan oleh Nasdem, maka dipastikan habislah karir AB untuk melangkah kedepannya.
Begitu juga Demokrat diprediksi akan semakin tenggelam karena semakin ditolak koalisi dimana-mana.
Demokrat dan Anies Baswedan
Tetiba secara terang-terangan, Demokrat bersikap sebagai partai yang siap sepenuhnya mendukung AB sebagai Capres resmi mereka, meski harus tunggu Presidential Threshold 20%.
Sikap Demokrat itu terkesan terburu-buru mungkin karena Nasdem yang memungkinkan mencabut AB dari dukungannya?
Nasdem secara terang-terangan pula beralih dukungan ke Koalisi Gerindra dan PKB sekaligus mendukung desain politik All Jokowi’s Men pada Pemilu 2024 nanti.
Demokrat sangat beralasan dengan sikapnya itu, karena sebagai partai Demokrat tidak diterima masuk Koalisi dimana-mana, merupakan faktor penolakan PDIP.
Pada Pemilu 2024 nanti, jelas warna PDIP dan Jokowi akan mendominasi berbagai koalisi maupun kandidat.
Demokrat sepertinya mulai sadar bahwa dirinya tidak diterima di koalisi manapun, maka dari itu satu-satunya jalan adalah memposisikan dirinya dengan mendukung AB sebagai Capres resminya.
Jika Demokrat tidak demikian maka diperkirakan Demokrat abstain pada pemilihan kandidat seperti dua pemilu sebelumnya 2014 dan 2019.
Dan yang memprihatinkan, PKS tak sepenuhnya mendukung AB, PKS itung-itungan bila harus mendukung AB, Lagi-lagi sebagai oposisi lagi bila AB kalah.
PKS selama 2 periode kepemimpinan Presiden Jokowi berpuasa, karena tidak ada satupun kadernya duduk di kementerian, dipastikan logistik PKS mengkhawatirkan.
Lain hal nya di internal Nasdem, menurut sumber terpercaya, sebagian besar anggota Nasdem sangat militansi terafiliasi faksi pro Jokowi masih sangat kuat.
Dua pilihan SP yang disodorkan Presiden Jokowi lebih memilih Anies atau Resuffle kadernya dari Kabinet? Bagi masa depan Nasdem meninggalkan Jokowi terasa memang sangat sulit.
Anies Terancam Ditinggalkan Nasdem
Anies terancam akan terdepak pada kompetisi 2024 sangat tinggi sekali, ia dengan tenaga tersisa mengumpulkan tim kecil Partai-Partai yang selama ini mengeklaim mendukung dirinya di rumahnya Lebak Bulus,
Pembicaraan pertemuan SP dengan Presiden Jokowi masih misteri. Sikap SP setelah bertemu Presiden Jokowi di Istana, menjadi pertanyaan besar bagi AB.
Kondisinya AB akan mengalami seperti 2014 ikut konvensi Capres Demokrat tetapi berakhir tidak menjadi apa-apa.
Sedangkan Demokrat seakan-akan menjadi partai kesepian.
Bisa juga SP kebingungan akibat dari penyesalannya yang telah mengusung AB sebagai Bacapres Nasdem, dan kini SP kapok, tobat tak akan mau lagi mengusung AB.
SP sepertinya sudah memperoleh solusi dari Presiden Jokowi, bagaimana membatalkan dukungannya terhadap AB, apakah dengan cara-cara elegan tanpa adanya hujatan dari publik.
Atau SP sedang mencari solusi bagaimana meniru gaya Kesambet dirinya ala Cak Nun?
SP mengakui rencananya seakan sedang berantakan, prediksi yang diharapkannya tak tercapai. Kini Nasdem merasakan dampaknya.
Nasdem sepertinya tak menyangka mengusung AB itu prosesnya begitu absurd penuh teka-teki, tak menentu arahnya, seolah-olah AB kini bukan lagi prioritas.
Koalisi bersama PKS dan Demokrat pun seakan tak ada gregetnya lagi, membuat Nasdem mulai mengantisipasi dengan strategi menjalankan rencana A, bila gagal gunakan rencana B, bila gagal lagi siapkan rencana C, dan seterusnya hingga mungkin sampai rencana Z.***