Bakat dan kepiawaian Nadiem inilah yang kemudian akan digunakan Jokowi untuk menciptakan perubahan besar pola dan budaya manajemen di tubuh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementrian yang selama ini dikenal “gemuk”, berkumpulnya orang pintar, dengan anggaran yang besar namun ya begitu-begitu saja.
Nadiem didatangkan Jokowi untuk memberikan terapi penyembuhan agar SDM di lembaga ini tidak lagi ber mindset linier, zona nyaman dan tak mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat.
Jokowi ingin membuat terobosan besar. Mengubah pola dan budaya kerja di kantor birokrasi pemerintahan yang selama ini hanya menjalankan kerja rutinitas. Menghabiskan anggaran hanya demi penyerapan anggaran. Tapi tapi tidak tahu dimana pos anggaran yang lebih penting dan dibutuhkan.
Kini Nadiem harus mengubah pola dan sistem linier itu. Ia harus membuat inovasi dan terobosan. Jangan sampai anggaran Kementrian yang nilainya ratusan triliun hanya menguap, dihambur-hamburkan menjadi kegiatan rutinitas dan formalitas semata. Tanpa target, tanpa pertanggungjawaban hasil delivery nya.
Nadiem harus jeli dan bisa menyisir kemana arah dan tujuan anggaran pendidikan akan diberikan kepada rakyat. Sehingga uang rakyat benar-benar terdelivery secara efektif.
Problem besar dari bangsa ini adalah mahalnya biaya pendidikan. Sehingga banyak warga miskin tidak memperoleh keadilan hak untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Padahal anggaran negara dari APBN yang disalurkan ke sektor pendidikan sangat besar. Kemana saja anggaran tersebut selama ini dipakai? Sudahkan tepat sasaran? tepat anggaran itu diberikan kepada yang menjadi haknya?
Ataukah anggaran negara selama ini hanya untuk mensejahterakan sebagian orang saja dengan persepsi yang klasik bahwa guru selama ini kurang sejahtera dsbnya. Sehingga setiap tahun kebijakan pemerintah hanya terfokus terus menerus memanjakan guru karena semboyan bahwa guru itu kurang sejahtera hidupnya.
Padahal semua profesi apapun tidak boleh diukur dari materi. Entah dia dokter, tenaga paramedis atau guru sekalipun jika memang tugas mulianya bermanfaat bagi orang lain atau sesama maka ia bekerja tidak boleh diukur dengan argo uang. Namun kepuasan pengabdian selama di dunia.
Menurut hemat penulis anggaran negara memang seharusnya dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan pendidikan yang bermutu dan berstandar dunia. Anggaran itu bagaimana caranya digunakan untuk menjadikan Indonesia bebas biaya sekolah.
Ini menjadi PR yang challenge bagi Nadiem untuk bisa mengubah problem tersebut menjadi sebuah solusi.