EDITOR.ID, Jakarta,- Perkataan atau cuitan Presiden Jokowi soal muazin di salat Idul Adha telah mendapat sorotan netizen di media sosial. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Asrorun Ni’am memberikan penjelasan bahwa tidak ada masalah dengan sebutan ini dari sisi agama.
Asrorun Ni’am mengemukakan asal-usul kata muazin dari bahasa Arab. Secara bahasa, muazin artinya ialah orang yang menyeru dalam konteks ibadah.
“Muazin itu dari bahasa Arab, isim fail dari ‘fiil adzdzana yuadzdzinu’ artinya orang yang menyeru. Dalam konteks ibadah, muazin dipahami orang yang menyeru dan mengajak melakukan ibadah,” jelas Asrorun Ni’am kepada wartawan, Kamis (22/7/2021).
Berangkat dari definisi tersebut, maka bisa diartikan bahwa muazin ialah orang yang menyerukan ajakan salat id. Oleh karena itu, menurutnya, istilah muazin dalam salat id tidak masalah dari sisi agama.
“Jadi dalam konteks ibadah salat id, muazin yang disebutkan itu orang yang menyeru untuk mengajak melakukan salat id. Jadi, nggak masalah dari sisi agama,” ucapnya.
“Itu soal sebutan. Orang yang azan, dalam tradisi kita, biasa juga disebut sebagai Bilal. Padahal, Bilal itu adalah nama orang yang biasa melakukan seruan. Dan itu tidak jadi masalah,” lanjutnya.
Ia mengatakan masalah penyebutan muazin dalam salat id ini memang bisa menjadi objek bully. Dia mengajak semua pihak tidak menghabiskan energi untuk hal-hal yang remeh dan tidak subtansial.
“Kalau orang mau usil, itu juga bisa jadi obyek bullying. Tapi penamaan itu kan yang paling penting adalah maksudnya bisa dipahami. Itu tidak terkait dengan pokok ajaran agama, jadi tidak patut diributkan. Energi kita perlu dicurahkan untuk hal-hal besar dan strategis, khususnya langkah dan kontribusi dalam penanggulangan COVID. Jangan habiskan energi untuk hal remeh, tidak substansial, dan narasi kebencian. Itu tidak baik,” katanya.
Seperti diketahui, Jokowi menunaikan salat Idul Adha saat itu di Istana Bogor, Selasa (20/7/2021). Dalam akun Twitter-nya, Jokowi menyebut muazin di salat Idul Adha tersebut adalah anggota Paspampres.
“Salat Idul Adha pagi ini di halaman Istana Bogor dengan jamaah terbatas. Bertindak sebagai muazin, imam, dan khatib adalah anggota Paspampres,” tulis Jokowi, sebagaimana dilansir detik.com, Rabu (21/7).
“Kata sang khatib, ‘semua cobaan dapat kita lalui dengan baik bila dihadapi dengan sabar’,” lanjut Jokowi.
Cuitan Jokowi soal muazin di salat Idul Adha itu pun menuai reaksi netizen atau warganet. Ada yang mempertanyakan dan heran kenapa ada muazin dalam salat Idul Adha.
Apa yang dikemukakan Asrorun Ni’am tidak berbeda jauh dengan penjelasan Menteri Agama Yaqut Cholil sebelumnya. Bahkan Yaqut Cholil bertanya balik soal apakah mereka yang mempermasalahkan perkara muazin ini sudah belajar. Yaqut menjelaskan muazin juga bisa dimaknai sebagai seseorang yang memberikan tanda salat dimulai.
“Yang mempertanyakan sudah belajar belum? Muazin dan bilal itu sebutan yang sama untuk mereka yang memiliki suara lantang dan fasih. Bukan hanya kumandang azan, tetapi juga memberi tanda salat dimulai. Kalau di salat Id, muazin atau bilal, dia yang mengomando: assolaatu jaami’ah…,” ujarnya.
Menag Yaqut menegaskan secara harfiah muazin adalah yang mengumandangkan azan. Sedangkan bilal adalah yang bisa mengumandangkan azan.
“Jadi, secara harfiah, muazin itu artinya orang yang mengumandangkan azan. Bilal itu tafa’ulan kepada sahabat Bilal, sahabat Nabi yang pertama kali mengumandangkan azan,” pungkasnya. (dq)