Jakarta, EDITOR.ID,- Sungguh memilukan dan miris sekali nasib yang dialami Sultan Rifat Alfatih (21 tahun). Ia menjadi korban terjerat kabel fiber optik milik PT. Bali Towerindo Sentra, Tbk. (Bali Tower). Masa depan Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini kian suram. Ia mengalami cacat permanen.
Dan hingga kini belum ada perhatian dan tanggapan dari pihak PT Bali Towerindo Sentra Tbk untuk meringankan beban orang tua Sultan Rifat Alfatih. Pertolongan mulia justru datang dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang berhati sangat baik sekali. Jenderal bintang empat ini turun tangan dan memfasilitasi perawatan Sultan Rifat Alfatih di RS Polri Dr Soekanto, Kramatjati hingga bisa bernafas.
Namun Rifat kini sudah tak bisa lagi bernafas melalui hidungnya. Ia terpaksa harus menggunakan lubang buatan pada bagian leher untuk bernafas. Rifat secara permanen tidak bisa lagi bernafas melalui lubang hidung dan mulut, karena bagian rongga tenggorokannya ditutup saat operasi pengangkatan pita suara, pada 19 Oktober lalu.
“Sultan juga telah kehilangan fungsi bicara, termasuk fungsi indera penciuman,” kata Fatih, ayah Sultan, saat menjelaskan kondisi terkini Sultan pasca operasi di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (15/11).
Fatih menjelaskan, saat ini untuk makan dan minum sementara Sultan menggunakan selang NGT yang dipasang di bagian hidung, sampai kondisi luka pasca operasinya sembuh dan tidak ada kebocoran lagi. Jika kondisinya membaik, selang NGT akan dilepas agar Sultan bisa makan minum secara normal dari mulut.
“Hari ini merupakan hari ke-26 pasca operasi pengangkatan pita suara Sultan, dan masuk hari ke-103 dirawat di Rumah Sakit Polri Kramajati atas atensi Pak Kapolri. Alhamdulillah kondisi anak saya stabil, dan bisa beraktifitas normal secara terbatas, seperti berjalan, ke kamar mandi, dan lain-lain, ” ungkap Fatih.
Sultan juga telah memulai rutinitas minum madu sebanyak 4 kali sehari sebagai bagian dari proses penyembuhan luka pasca operasi.
Untuk fungsi bicara, Fatih menjelaskan, saat ini RS Polri Kramajati mengadakan alat bantu bicara electro laring, yang dapat dipergunakan Sultan untuk membantu berbicara dengan cara menempelkan alat ke bagian leher. Secara bertahap Sultan juga sudah mulai melakukan latihan dan terapi untuk bicara secara mandiri dengan menggunakan nafas perut. Harapannya sekitar 6 bulan kedepan Sultan sudah dapat berbicara secara mandiri dengan menggunakan nafas perut, tanpa perlu alat bantu lagi.
“Alhamdulillah, luar biasa dukungan dari RS Polri Kramajati kepada anak saya, karena saat ini Sultan sudah semakin baik kondisinya, serta sudah mulai terdengar bicaranya dengan menggunakan alat bantu yang ditempelkan di leher, meskipun kualitas suaranya masih samar terdengar dan seperti robot. Saya yakin secara bertahap dengan kebiasaan dan latihan, Sultan bisa akan semakin jelas suara berbicaranya, baik saat menggunakan alat bantu maupun nanti saat menggunakan nafas perut,” ujar Fatih.