Arifin pun mempertanyakan sikap Shell yang tak menggarap Blok Masela dan juga tak ingin melepaskan PI-nya.
“Harusnya kalo udah nggak mau ya udah aja kan,” katanya.
Arifin melanjutkan, jika hingga tahun 2024 tidak ada juga aktivitas di Blok Masela, maka proyek pengembangan lapangan gas Abadi tersebut akan diambil oleh pemerintah.
Hal itu berdasarkan ketentuan di rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) Blok Masela.
“Iya, kan 5 tahun kalau nggak dilaksanakan apa-apa kami akan tinjau kembali, inikan (dari) 2019 sampai 2023 sudah 4 tahun, makanya kita sudah ingetin aja nih,” katanya.
Blok Masela merupakan tambang minyak dan gas yang berada di sekitar Laut Aru dan telah dieksplorasi sejak 1998. Proyek ini membutuhkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sangat besar, diestimasikan mencapai US$ 20 miliar. Maka akan sulit jika single investor mengembangkan blok ini tanpa mitra shareholder.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, PT Pertamina (Persero) saat ini sudah sepakat membentuk konsorsium untuk menjalankan proyek minyak dan gas tersebut menggantikan Shell.
“Masela kami finalisasi dengan Petronas. Jadi Petronas oleh SKK Migas sudah saya bicarakan itu, jika harganya sudah cocok segara berikan, tahun ini bisa kerja,” kata Luhut ditemui di acara Hilirisasi dan Transisi Energi Menuju Indonesia Emas di The Westin Jakarta, Selasa 9 Mei 2023.
Luhut pun menjelaskan, tidak ada kendala soal proses pembelian participating interest (PI) Shell, hanya saja proses tawar menawar harga di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memakan waktu yang lama.
“(Kendala) Nggak ada, soal harga aja di SKK Migas, Pertamina sudah happy. Jadi pada dasarnya berada di jalur yang baik,” kata Luhut. (tim)