Menteri ESDM Jengkel Shell ‘Sandera’ Pengelolaan Blok Masela, Tak Bertanggung Jawab

Menteri ESDM Jengkel ke Shell: Mundur dari Blok Masela Tapi Nggak Tanggung Jawab! Pak Menteri Tasrif kecewa karena gara-gara ulah Shell tersebut, Indonesia merasa dirugikan, karena jika proyek penambangan Blok Masela tergarap maka akan menghasilkan gas sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.

Ilustrasi Blok Masela

Jakarta, EDITOR.ID,- Perusahaan minyak asal Inggris, Shell telah mempermainkan pemerintah Indonesia. Pasalnya, hingga hari ini perusahaan tersebut tak juga mau melepas hak partisipasinya atau participating interest (PI) di Blok Masela. Padahal sudah ada calon investor baru yang ingin segera mengelola.

Kelakuan Shell ini membuat jengkel Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Pak Menteri Tasrif kecewa karena gara-gara ulah Shell tersebut, Indonesia merasa dirugikan, karena jika proyek penambangan Blok Masela tergarap maka akan menghasilkan gas sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.

Lebih lanjut mantan Duta Besar Tokyo Jepang ini mengaku bahwa Shell telah menyatakan mundur untuk garap proyek penambangan di Blok Masela.

Namun anehnya Shell tidak mau melepaskan PI tersebut. Sikap Shell ini membuat proyek tersebut macet dan tertahan sampai hari ini.

“Shell ini sudah mundur nggak bertanggung jawab,” kata Arifin di kantor Kementerian ESDM, Jumat (23/5/2023)

Arifin Tasrif mengungkapkan pemerintah sedang berupaya untuk mengambil kembali hak partisipasi Shell atas Blok Masela.

Arifin mengatakan, saat ini pihaknya juga tengah meninjau kembali kesepakatan jika nanti Indonesia harus menghadapi gugatan di arbitrase Iternasional jika Blok Masela diambil kembali oleh Indonesia. “Ya nanti kita lihat saja adu kuatnya di mana (arbitrase). Kita juga sedang review,” tutur Arifin.

Arifin juga mengatakan jika dirinya juga kecewa dengan perusahaan migas asal Inggris tersebut karena proses alih kelola memakan waktu lama dan berbelit-belit. Shell memiliki hak partisipasi sebesar 35 persen di Blok Masela yang juga dikelola oleh Inpex yang menggenggam 65 persen saham.

Arifin menjelaskan, proses Plan of Development (POD) ini terjadi sejak lama yakni tahun 2019. Sementara itu berdasarkan perjanjian dalam POD tersebut menyebutkan jika dalam lima tahun sejak disepakatinya PoD tersbut proyek ini tidak ada perkembangan, maka akan dikembalikan ke negara.

“Ya ‘kan 5 tahun kalau enggak dilaksanakan apa-apa kita akan tinjau kembali termasuk kemungkinan untuk itu (dikembalikan ke negara),” lanjut Arifin.

Ia menyebut jika alotnya kesepakatan alih kelola ini merugikan Indonesia. Ia juga mempertanyakan penyebab Shell enggan melepas hak partisipasinya dari Blok Masela.

Arifin mengatakan, Blok Masela digarap oleh perusahaan asal Jepang yakni Inpex Corporation sebagai operator dengan kepemilikan saham 65 persen dan sisanya dipegang oleh Shell Upstream Overseas Services sebesar 35 persen. “Sekarang ini yang merasa dirugikan ya Indonesia, nah kita tidak mau ini terjadi. Inpex ada kesungguhannya,” kata Arifin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: