EDITOR.ID, Batanghari – Menteri Sosial Tri Rismaharini terkejut tatkala bocah perempuan membawa seorang bayi melewatinya. Risma langsung menuju ke mobilnya yang berjarak kurang lebih tiga meter dari rombongan pejabat. Sementara, bayi mungil itu sudah berada di gendongan seorang anggota dewan kolega Risma.
Dengan sigap Risma membuka bagasi belakang mobil. Ia mengambil sehelai sarung pribadinya yang masih terlipat. Risma pun langsung membungkus dan selimuti badan bayi dengan sarung hijau miliknya itu.
Usai memberikan sarung, Risma yang juga politikus PDI Perjuangan itu meminta ajudan pribadinya agar mengambil kue di dalam mobil untuk dibagikan kepada anak-anak di sana, termasuk juga untuk menyuapi bayi mungil itu.
“Coba ambilkan roti, tak suapin,” tutur Risma meminta kepada ajudannya.
Seorang bocah perempuan membopong bayi mungil. Dia berjalan di antara keramaian rombongan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang sedang mengunjungi kelompok Orang Rimba di kamp lapangan KKI Warsi, wilayah Sungai Terab, Kabupaten Batanghari, Jambi.
Seakan tak menghiraukan siapa orang-orang “asing” di sekelilingnya, bocah perempuan itu terus berjalan menyelip dan melewati rombongan. Saat itu sore, Rabu (10/3), waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB.
Hari pun sudah mulai gelap. Di sekeliling pohon karet perusahaan tanaman industri yang menjadi tempat tinggal orang rimba, nyamuk-nyamuk kecil sudah mulai berdatangan.
Tanpa sehelai pakaian, bayi mungil berjenis kelamin perempuan dengan rambut yang masih basah itu terus dibopong oleh sang kakak.
Hingga akhirnya bocah itu lewat di depan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang tengah berdiskusi bersama para tumenggung atau pimpinan kelompok Orang Rimba di wilayah tersebut.
Beberapa menit usai mendulang roti, seorang induk Orang Rimba, ibu dari bayi tersebut menghampiri rombongan dan mengomel. Ia tak terima jika anaknya yang masih bayi itu berinteraksi dengan orang luar.
Risma pun langsung menghampiri sang ibu bayi tersebut. Dia menjelaskan tak ada maksud apa-apa, hanya memberikan sarung.
Menurut informasi di sana, usia bayi tersebut ternyata baru berumur sekitar lima bulanan. Biasanya, pada usia tersebut, bayi masih dalam balutan bedung. Namun, Orang Rimba tak mengenal bedung. Bayi kecil rimba dibiarkan bertelanjang.
Tumenggung Ngalembo–salah satu pimpinan kelompok Orang Rimba di Sungai Terab mengatakan, bayi yang diberikan sarung oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini itu belum diberi nama.
“Belum ado namo,” kata Tumenggung Ngalembo sebagaimana dilansir dari Liputan6com.
Sementara itu, dalam tradisi Orang Rimba, seorang bayi belum bisa langsung diberi nama. Orang Rimba mesti meminta petunjuk “dewa” dalam memberikan nama sang anak.
Untuk memberikan nama untuk bayi, Orang Rimba terlebih dulu menggelar ritual yang biasa mereka sebut dengan nama “turun ke aik” atau turun ke air dengan cara memandikan bayi di sungai yang telah dipilih lokasinya.
Selain itu, dalam kosmologi Orang Rimba, ketika induk (perempuan) yang melahirkan akan dibawa ke “Tanah Peranoan”, sebuah wilayah khusus untuk proses bersalin perempuan rimba. Biasanya “Tanah Peranoan” itu dekat dengan sungai.
Proses bersalin perempuan rimba dilakukan tertutup. Biasanya hanya didampingi oleh satu orang dukun. (Tim)