EDITOR.ID, Jember,- Desa Kaliglagah Kabupaten Jember Jawa Timur kini mencekam. Di tengah kondisi Pandemi Covid-19 ini, warga setempat kian cemas menyusul tewasnya 20 orang dengan gejalanya mirip Covid-19. Namun ironisnya kasus ini tidak mendapat perhatian pemerintah setempat. Karena tidak satupun warga yang diswab atau PCR saat atau pasca kejadian banyaknya warga desa tersebut yang meninggal.
Kejadian ini langsung mendapat perhatian dari Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Jember. Fraksi PDIP DPRD Jember menyayangkan pihak eksekutif, Bupati dan Pemkab Jember tidak segera turun ke lapangan.
“Warga yang meninggal dunia memiliki gejala yang mirip Covid-19 dimana mereka yang meninggal dunia tidak menjalani tes swab atau PCR dan juga tidak menjalani perawatan medis,” sebut Fraksi PDIP DPRD Jember.
“Kami dari Fraksi PDI Perjuangan memandang ada kelalaian dari pemerintah daerah atas kejadian tersebut dan kami patut mempertanyakan sejauh mana upaya pemerintah daerah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 di kabupaten Jember,” ujar Hadi Sufaat, anggota fraksi PDI Perjuangan DPRD Jember dalam keterangan tertulisnya di Jember, Jumat (23/7/2021)
Apalagi, lanjut Hadi Sufaat, dengan adanya virus corona varian Delta yang penularannya begitu cepat dibandingkan varian sebelumnya.
“Ini potret kegagalan pemerintah daerah untuk mengedukasi warga masyarakat dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona termasuk tidak terserapnya anggaran covid-19 yang anggarannya cukup besar,” imbuh politisi PDIP Jember ini.
Pertanggal 21 Juli 2021 kondisi penyebaran virus Covid-19 di Jember sudah tahap memprihatinkan. Total keseluruhan ada 9.758 warga yang terpapar covid-19 sebanyak 1.316 kasus aktif. Ada 79 kasus suspek, tercatat 7.696 dinyatakan sembuh dan 746 meninggal dunia.
“Atas kejadian tersebut maka kami mendesak kepada Bupati Jember untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja para OPD terkait yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan BPBD,” tegas Hadi Sufaat.
Hal senada diungkapkan Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Partai Nasdem Jawa Timur Moch Eksan. Kini, kata dia, kondisi desa tersebut menakutkan. Apalagi belum ada kepastian secara medis penyebab kematian mereka.
“Di Dusun Krajan, tempat tinggal Hairul Ulum, sahabat saya, enam orang meninggal dengan gejala terinfeksi Covid-19,” katanya.
“Mereka (yang meninggal) tak menjalani test swab polymerase chain eeaction (PCR) dan juga tak menjalani perawatan medis. Mereka takut dikarantina, khawatir merepotkan keluarga dan tetangga, serta memilih merawat dirinya sendiri,” katanya.
Beberapa orang yang meninggal itu adalah Sari?a, Tahe, Sudar, Bambang dan isterinya, serta Sinur. “Dihitung-hitung dalam satu bulan terakhir, sudah 20 orang lebih yang meninggal dunia,” kata Eksan.
Eksan berharap hal ini segera ditangani. “Ini kegagalan bangsa. Kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengedukasi warga dalam memutus mata rantai penyebaran virus corona,” ujarnya.
“Struktur pemerintahan di tingkat bawah dan tokoh tingkat lokal, tak punya pengetahuan yang cukup menjelaskan Pandemi Covid-19. Padahal, posisi mereka sangat penting dan strategis untuk melakukan contact tracing atau penelusuran kontak,” ujar Eksan memungkasi.
Belakangan sejumlah tokoh desa terkonfirmasi positif. Sulton Kuswandi, Kepala Urusan Keamanan, mengirimkan pesan suara via WhatsApp kepada Abdurrahman.
Kemudian pesan juga dikirim ke Wakil Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (DPC PPP) Jember, untuk disampaikan kepada Bupati Hendy Siswanto dan Wakil Bupati Firjaun Barlaman. Saat ini Kuswandi dirawat di rumah sakit. (tim)