EDITOR.ID, Jakarta,- Thailand bak momok menakutkan bagi Timnas Indonesia. Empat kali bersua di Final, belum ada satupun hasil Indonesia mengalahkan Thailand dan Juara! Yang ada adalah kutukan Thailand. Pada leg kedua Final Piala AFF 2020 ini, punggawa Garuda berjuang melawan kutukan Thailand. Setidaknya Evan Dimas dkk pernah meredam kekuatan Thailand.
Pertama saat mengalahkan Thailand di leg pertama Final Piala AFF 2016 di stadion Pakansari Bogor dengan skore 2-1.
Kedua saat laga Babak penyisihan Piala Dunia 2022 yang belum lama dilakoni, anak-anak Garuda berhasil mengimbangi Thailand dengan skor sama 2-2.
Uniknya hasil imbang yang ditorehkan Evan Dimas dkk ini terjadi pada formasi pemain yang tampil di Piala AFF 2020 ini. Dua gol yang dibuat Timnas Indonesia disumbang oleh Kadek Agung dan Evan Dimas.
Dengan perhitungan logika, Timnas Indonesia tak akan bisa menjuarai Piala AFF 2020 (2021). Thailand terlalu digdaya. Namun dengan mempertimbangkan harga diri, tak ada yang tak mungkin.
Timnas Indonesia akan menghadapi Thailand dalam leg kedua final Piala AFF 2020 pada Sabtu (1/1/2022) malam WIB. Pertandingan ini akan berlangsung di Stadion Nasional Singapura, Kallang.
Evan Dimas dan kawan-kawan memikul misi berat dalam pertandingan ini karena di leg pertama takluk 0-4. Ini membuat nasib skuad garuda di ujung tanduk. Menang masih mungkin, tetapi juara sepertinya nyaris mustahil.
Apa pasal? Thailand baru kebobolan satu gol dalam tujuh pertandingan Piala AFF edisi ke-13 ini. Tim asuhan Alexandre ‘Mano’ Polking tersebut juga tak pernah kalah dalam hal penguasaan bola.
Kualitas individu pemain Thailand juga memberi magis. Chanathip Songkrasin, Theerathon Bunmathan, Narubadin Weerawatnodom, hingga Supachok Sarachat, adalah beberapa di antaranya.
Berkaca dari leg pertama, pemain Indonesia seperti terkesima saat berhadapan dengan Chanathip dan Supachok. Hanya Rachmat Irianto yang terlihat berani membuat mereka berhati-hati untuk unjuk gigi.
Ini kontras dengan daya main skuad Garuda saat melawan Malaysia. Dalam pertandingan ini pemain seperti punya kepercayaan diri yang tinggi. Harga diri jadi kata penyemangat di ruang ganti.
“Pasti kalian juga merasakan, pasti kita merasakan sama-sama, lawan Malaysia kita enggak perlu banyak bicara tetapi kita tahu sendiri apa artinya pertandingan lawan Malaysia,” kata Evan Dimas.
“Ini pertandingan yang ditunggu-tunggu. Artinya kita enggak boleh kalah. Kalau kita kalah, pertandingan kemarin enggak ada gunanya. Hei, harga diri hei!” ujar Evan dengan intonasi tinggi penuh emosi.
Hasilnya Indonesia sukses melumat Malaysia 4-1, meski sempat tertinggal 0-1 di awal laga. Kemenangan ini membuat Timnas Indonesia menjuarai Grup B dan lolos ke babak semifinal Piala AFF untuk kedelapan kalinya.
Akankah pertandingan melawan Thailand bisa diperlakukan seperti melawan Malaysia?
Secara rasa tidak bisa, namun ada ‘dendam’ yang bisa dipelihara. Ada harga diri yang bisa dipompa untuk tampil ‘gila’.
“Kami harus menyelesaikan leg kedua [final Piala AFF 2020] dengan rasa haus dan rasa lapar kemenangan. Leg pertama harus kami lupakan dan menebusnya pada leg kedua,” ucap Evan saat jumpa pers, Jumat (31/12).
Kalimat Evan ini sekilas diplomatis di ruang jumpa pers, tetapi nadanya kuat. Kapten Timnas Indonesia ini seolah ingin menghidupkan kembali rasa ‘harga diri’ seperti yang digelorakannya saat jumpa Malaysia.
Dalam tujuh laga Piala AFF 2020, Shin Tae Yong tak pernah menurunkan skuad pakem. Dalam artian skuad terbaik Timnas Indonesia itu apakah yang main pada babak pertama atau babak kedua.
Sebagai contoh, Elkan Baggott dan Egy Maulana Vikri selalu jadi pemain pengganti. Evan Dimas juga mulai jadi pemain pelapis, setelah sempat jadi tulang punggung dalam masa persiapan.
Untuk posisi kiper, Nadeo Argawinata jadi pilihan utama Shin. Itu setelah Ernando Ari Sutaryadi cedera, Syahrul Fadil tampil meragukan ketika jumpa Kamboja, dan Muhammad Riyandi tak jelas mengapa tak dipercaya lagi.
Selanjutnya di barisan pertahanan Shin mulai condong dengan tiga bek. Fachruddin Aryanto, Rizki Ridho, dan Alfeandra Dewangga, jadi pilihan utama, lantas ditopang Baggott pada babak kedua dengan Ridho ditarik.
Bek sayap tak ada keraguan. Asnawi Mangkualam Bahar dan Pratama Arhan jadi senjata. Menurut pengamat sepak bola nasional Mohamad Kusnaeni, kedua bek ini bertransformasi menjadi playmaker di sisi sayap.
Beralih ke tengah Ricky Kambuaya tampil stabil. Irianto juga tenang, tetapi sering diganti. Biasanya Evan yang menggantikan. Kini, dua laga terakhir, I Kadek Agung juga mulai dapat kepercayaan.
Kemudian posisi winger jadi milik Witan Sulaeman. Pemain lainnya, seperti Irfan Jaya, Kushedya Hari Yudo, dan Yabes Roni, main bergantian. Hal sama dialami Egy Maulana Vikri.
Untuk lini depan Shin juga belum menemukan pegangan. Ezra Walian, Dedik Setiawan, dan Hanis Saghara, main bergantian. Shin seperti tak punya pegangan siapa striker andalan di depan.
Lantas siapa 11 pemain inti Timnas Indonesia yang akan ditampilkan Shin saat melawan Thailand? Akankah Baggot, Egy, dan Evan main sejak menit pertama? Apakah Shin kembali membuat skema kejutan?
Mengingat duel melawan Thailand adalah laga pemungkas dan Timnas Indonesia harus menang minimal 4-0 atau 5-1, 6-2, 7-3, dan seterusnya, tak ada salahnya menurunkan skema terbaik sejak menit pertama.
Untuk laga final melawan Indonesia, Alexandre ‘Mano’ Polking, pelatih Thailand, berencana merombak susunan pemain the winning team. Ini karena tim Gajah Perang sudah menang 4-0 di leg pertama.
Jika perspektif Polking demikian, ini bisa menjadi celah. Dengan susunan pemain terbaik dan rasa harga diri yang dikobarkan lagi, Timnas Indonesia punya kans membalikkan keadaan.
Pelatih Inggris, Gareth Southgate berkata: Every game, no matter the opposition, has the potential to create a lifelong memory for an England fan somewhere.
Selagi laga masih berjalan,final Piala AFF 2020 ini pun punya peluang untuk layak dikenang Indonesia. (tim)