EDITOR.ID, Masyarakat Tengger masih sangat kental dalam tradisi adat dan budaya Hindu. Suku bangsa Tengger yang disebut juga wong Tengger atau wong Brama adalah suku yang mendiami dataran tinggi di sekitar gunung Bromo, Jawa Timur.
Ada beberapa versi tentang penyebutan Tengger:
1.Tengger yang berarti tegak, atau berdiam tanpa gerak. Yang melambangkan watak orang Tengger yang berbudi luhur yang tercermin dalam segala aspek kehidupan.
2.Tengger yang bermakna pegunungan, sesuai dengan daerah pemukiman
3.Tengger yang bermakna gabungan nama leluhur suku Tengger yaitu Rara anteng dan Jaka seger.
Suku Tengger meyakini bahwa mereka adalah keturunan dari kerajaan Majapahit, dengan diyakini adanya leluhur Rara Anteng dan Jaka seger menjadikan suku Tengger tidak menerapkan kasta.
Gunung Bromo yang dianggap suci dan dihormati bagi masyarakat Tengger. Berbagai ritual adat dilaksanakan di kaki gunung Bromo sebagai bentuk pemujaan terhadap nenek moyang.
Setiap setahun sekali diadakan upacara Yadnya Kasada pada tgl 14 atau 15 dibulan kasodo (bulan ke sepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Upacara dilakukan di pura luhur poten Bromo yg berada di kaki gunung, dilanjutkan ke puncak Bromo dilakukan pada tengah malam sampai dini hari.
Masyarakat Tengger menggunakan bahasa Jawi kuno dalam dialognya, yang dipercaya dialek pada masa kerajaan Majapahit, digunakan sebagai mantra dan ditulis dengan huruf Jawa kuno.
Selain budaya, adat, dan religi nya, yang menarik dari masyarakat Tengger adalah menggunakan sarung baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda. Selain untuk melindungi suhu tubuh dari udara dingin, ternyata sarung memiliki filosofi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan
Masyarakat Tengger memiliki hari raya yang ditunggu-tunggu yaitu hari raya Karo, ritual dipimpin oleh seorang ratu (laki-laki) dilaksanakan setelah hari raya Nyepi. Dalam ritual ini ada pawai hasil alam, ada pagelaran seni, dan bertandang ke rumah sanak saudara dan tetangga.
Dalam penuturannya, seorang penggiat Kebudayaan Dewi Gayatri melalui akun twitternya @DewiGayatri17 menyatakan bahwa Suku Tengger, yang menganut Hindu Mahayana adalah suku yang mampu mempertahankan karakteristik nya selama berabad-abad, adat dan budaya tetap lestari ditengah akulturasi budaya.