Jakarta, EDITOR.ID,- Dunia pendidikan geger. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mencabut gelar profesor terhadap Taruna Ikrar, salah satu pakar jantung di Indonesia. Pencabutan itu tertuang dalam Keputusan Mendikbudristek RI Nomor 0728/E.E4/RHS/DT.04.01/2023 tentang Penyetaraan Jabatan Akademik Dosen.
Mas Menteri mencabut keputusan yang pernah ditandatanganinya tentang penyetaraan jabatan akademik dosen sebagai profesor atas nama dr Taruna Ikrar, M Biomed PhD. Pencabutan tersebut ditetapkan pada 30 Agustus 2023.
Berdasarkan Keputusan Mendikbudristek Nomor 64672/MPK.A/KP.07.00/2022 tanggal 10 Oktober 2022, Taruna Ikrar disetarakan dalam jabatan akademik dosen sebagai profesor. Penyetaraan sebagai profesor terhitung mulai 1 Juli 2022.
“Mencabut Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 64672/MPK.A/KP.07.00/2022 tanggal 10 Oktober 2022, tentang Penyetaraan Jabatan Akademik Dosen sebagai Profesor atas nama Taruna Ikrar, dr., M.Biomed., Ph.D,” demikian bunyi surat keputusan tersebut.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt. Dirjen) Diktiristek Kemendikbudristek, Nizam membenarkan adanya keputusan pencabutan penyetaraan jabatan akademik sebagai profesor atas nama Taruna. Nizam mengungkapkan alasan pencabutan gelar profesor Taruna Ikrar karena terdapat kecurangan.
“Ada fraud di dalam usulan penyetaraan Guru Besarnya,” kata Nizam sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia.com, Kamis (2/11).
Taruna Ikrar Bukan Ilmuwan Sembarangan
Taruna Ikrar adalah dokter dan ilmuwan di bidang farmasi, jantung, dan syaraf.
Taruna Ikrar pernah menjabat Wakil Ketua PB IDI periode 2000-2003 ini aktif dalam berbagai organisasi. Dia juga menjabat sebagai ketua International Medical Conference (IMC) 2023 yang akan digelar di Bali pada 10-13 November mendatang.
Taruna Ikrar merupakan dokter dan ilmuwan di bidang farmasi, jantung, dan syaraf. Dia lahir dan mengenyam pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi di Makassar, Sulawesi Selatan. Gelar sarjana (S1) dia dapat dari Universitas Hasanuddin.
Taruna melanjutkan pendidikan magister Farmakologi di Universitas Indonesia (UI). Kemudian, dia mendapat beasiswa dari pemerintahan Jepang (Mombukagakusho).
Taruna pun meneruskan pendidikan doktor dengan spesialisasi penyakit jantung di Universitas Niigata, Jepang. Dia melanjutkan program post-doktoral di bidang neurosains di School of Medicine, University of California, Amerika Serikat pada 2008.
Taruna termasuk ilmuwan yang cukup aktif berorganisasi. Dia pernah menjabat Tenaga Ahli bidang dokter muda di periode 2000-2003.