EDITOR.ID, Jakarta,- Pemilihan legislatif tinggal tiga bulan lagi. Kerja politik yang digalang partai politik mulai menunjukkan potensi dukungan suara. Sejumlah partai papan atas diramal masih akan berjaya menguasai kursi parlemen.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diprediksi akan menjadi juara dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Sementara dua parpol lainnya, Gerindra dan Partai Golkar akan bersaing ketat untuk saling merebut posisi kedua atau runner up.
Berdasarkan Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dilakukan sepanjang Agustus-Desember 2018 menunjukkan pendapat publik menggambarkan tiga partai tersebut akan bercokol di papan atas. Bahkan hal ini terlihat dari lima kali survei LSI.
Peneliti LSI Ardian Sopa menjelaskan, Gerindra dan Golkar akan bersaing ketat berebut posisi runner-up karena elektabilitas keduanya terpaut tipis.
Namun, elektabilitas Gerindra dan Golkar jauh dari PDI-P yang ada di urutan pertama dan diprediksi menjadi pemenang pemilu.
Dari lima kali survei, Gerindra mendapat 13,1 persen (Agustus), 11,5 persen (September), 11,3 persen (Oktober), 14,2 persen (November), dan 12,9 persen (Desember). Sementara Golkar mendapat 11,3 persen (Agustus), 10,6 persen (September), 6,8 persen (Oktober), 9,7 persen (November), dan 10,0 persen (Desember).
“Di urutan kedua ada perebutan yang ketat antara Gerindra dan Golkar. Selisih survei terakhir hanya 2,9 persen,” kata Ardian saat merilis hasil surveinya di Kantor LSI, Jakarta, Selasa (8/1/2019).
Ardian menilai, meski elektabilitas Gerindra stabil di atas Golkar dalam lima kali survei, hasil pileg masih akan sangat dinamis.
Menurut dia, suara Gerindra sangat terbantu dengan sosok ketua umumnya Prabowo Subianto yang kini bertarung sebagai calon presiden di pilpres.
“Coat-tail effect (efek ekor jas) berlaku untuk Gerindra,” kata dia.
Sementara Partai Golkar, kata dia, saat ini tak mempunyai tokoh yang bisa mendongkrak elektabilitas.
Kendati demikian, pengalaman serta jaringan Partai Golkar yang sudah berdiri sejak Orba menjadi nilai tambah.
“Golkar kalau melihat pengalaman dan sistem yang sudah dibangun, dia bisa menyalip. Tapi dia juga butuh pendongkrak sehingga bisa merubah mood publik,” kata Ardian.
Ardian pun mengingatkan, jika sampai Golkar gagal meraih juara runner up di Pileg 2019, maka ini akan menjadi sejarah. Sebab, selama empat kali pemilu pasca reformasi, Golkar selalu menjadi juara pertama atau kedua.
“Buat Golkar ini jadi sejarah kurang bagus karena untuk pertama kalinya mereka bisa terlempar dari posisi nomor 1 dan 2,” kata Ardian.
Survei LSI ini dilakukan dengan metode multistage random sampling. Jumlah responden sebesar 1200 orang. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner. Sementara margin of error survei plus minus 2,9 persen. (tim)