Menurut Dwi Soetjipto, semangat Kolaborasi Pemerintah juga ditunjukkan dengan menjalankan bisnis tidak seperti biasanya dengan perbaikan fiskal. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk bekerja sama dengan kontraktor dengan insentif tambahan jika diperlukan sehingga suatu lapangan dapat dikembangkan secara ekonomis.
“Kami telah memberikan insentif untuk pengembangan lapangan ExxonMobil Cepu, Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Energy Sanga-Sanga, Pertamina Hulu Kalimantan Timur, dan beberapa wilayah kerja lainnya,” ujarnya.
Dalam Konvensi Internasional ini akan terjadi dialog Kepemimpinan dalam Forum CEO, diskusi kolaboratif antara investor dan pemangku kepentingan, yang akan menghasilkan Komitmen Kepemimpinan. Diantaranya:
- Concurrent Forums, diskusi yang lebih rinci tentang beberapa topik penting dari rencana strategis
- Pengumuman Pemenang dan Launching Putaran Lelang Indonesia tahun 2022.
- Launching Sistem Informasi Terintegrasi Migas bersama Kementerian Keuangan
- Penanaman Pohon sebagai bagian dari komitmen Industri Hulu Migas untuk dapat menanam 1,7 juta pohon pada tahun 2022 sebagai Inisiasi Rendah Karbon.
- Penandatanganan Nota Kesepahaman Rencana Strategis IOG.
- Implementasi No Cure No Pay dengan Penandatanganan Strategis Aliansi Kontrak.
- Pengumuman Ketentuan Fiskal Baru
- Commercial Signing Ceremony dengan total nilai US$1,95 miliar atau lebih dari Rp. 28 triliun
Awarding Ceremony atas pencapaian Kinerja Industri Hulu Migas
“Dengan memanfaatkan momentum G20, “pulih bersama, pulihkan lebih kuat”, Konvensi ini diharapkan dapat menjadi platform pemersatu segala perbedaan untuk mencapai titik balik bagi Industri Hulu Migas Indonesia,” ujar Dwi Soetjipto.
Dari titik ini, kita semua dapat memiliki arah yang sama untuk mencapai target jangka panjang dalam memenuhi kebutuhan energi nasional dan global.
“Kami mengharapkan arahan dari para Menteri dan dukungan dari para pemangku kepentingan agar Konvensi ini dapat menjadi dasar bagi perbaikan iklim investasi untuk peningkatan cadangan dan produksi migas serta pengurangan emisi. Sebuah perubahan signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui IOG 2022 dinilai menjadi salah satu poros penting bagi industri migas dalam usaha untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 standar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030 dengan tetap memastikan keberlanjutan lingkungan.
Pasalnya, dari acara ini diharapkan adanya kolaborasi bisnis antara para pemangku kepentingan dari berbagai institusi dan perusahaan industri migas yang memegang peranan penting dalam menentukan masa depan energi Indonesia.