Jakarta, EDITOR.ID,- Dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas dan kinerja yang lebih baik dalam pengelolaan industri hulu migas, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus mendorong implementasi digital pada kegiatan pengelolaan operasi produksi dan lifting secara masif.
Salah satunya adalah dengan terus meningkatkan fitur-fitur pada integrated operation center (IOC). Pada ajang IOC Forum ke-4 tahun 2023, SKK Migas meluncurkan 4 fitur baru IOC.
Fitur tersebut meliputi well performance monitoring (WPM), early warning system (EWS) mobile, pengembangan PIMS KKKS serta monitoring air surveillance.
Kegiatan IOC Forum 2023 dibuka oleh Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf.
Pada acara tersebut, turut mendampingi Wakil Kepala SKK Migas saat launching fitur baru IOC antara lain Deputi Eksploitasi Wahju Wibowo, Kepala Divisi Produksi dan Pemeliharaan Fasilitas Bambang Prayoga, General Manager PHE ONWJ Muhamad Arifin dan Direktur Utama Saka Indonesia Pangkah Ltd (SIPL) Medy Kurniawan
“Sebagai contoh keberhasilan dari implementasi digital di industri hulu migas adalah menjadi lebih mudah dimonitor jika ada sumur mati hari ini dan bisa dideteksi secara online dan realtime. Monitoring kehandalan fasilitas sangat challenging, seperti ONWJ di develop tahun 70an,” ujar Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf dalam sambutannya (8/11/2023).
“Memang industri hulu migas menghadapi masalah realibility karena sebagian fasilitasnya sudah tua, oleh karenanya implementasi digital diharapkan bisa menjadi solusi atas hal ini”, kata Nanang menambahkan.
Nanang menambahkan, bahwa banyak indikator yang menunjukkan kegiatan seperti IOC memberikan impact terhadap kinerja industri hulu migas.
Kemudian dia menyampaikan bahwa pada tahu 2016 pertama kali USA mengalami surplus minyak dengan adanya penemuan shale oil. Melalui teknologi tersebut, USA bisa mengeskstrak minyak dari sourcenya dengan teknologi fracking langsung ke sumbernya.
“Dampaknya adalah produksi minyak di USA melompat dari 5 juta barel oil per day (BOPD) menjadi 15 juta per hari, dan hari ini telah menjadi produsen minyak terbesar di dunia”, terang Nanang.
“Melalui kegiatan seperti ini, saya mengharapkan akan muncul teknologi dan metode apapun yang langsung berdampak terhadap performance industri hulu migas nasional. Bagaimana bisa menjadi solusi terhadap masalah realibility, natural decline, membutuhkan dukungan dari aspek teknologi digital“, imbuhnya
Selain aspek peningkatan kehandalan operasional, Nanang menyampaikan jika implementasi digital melalui peningkatan fitur-fitur di IOC diharapkan juga dapat memberikan dampak pada efisiensi biaya, mengurangi waktu pekerjaan yang pada akhirnya meningkatkan optimalisasi kinerja produksi migas nasional