Oleh: DR. Kristiya Kartika, M.Si, M.Kom
SEBENARNYA apa yang menjadi tuntutan bagi kader bangsa beberapa tahun kedepan khususnya pada tahun 2030 dan 2045 ?
Pernah saya singgung minggu yang lalu mengenai rencana Menteri Pendidikan Nadiem Makarim yang akan merubah kurikulum resmi pendidikan di sekolah dengan menekankan dan mengekspresikan, Apa sebenarnya pendidikan moral Pancasila baik nilai-nilai dasar maupun nilai-nilai ideologi yang harus dipelajari dan harus dikembangkan setelah dilaksanakan menjadi Way of Life dari seluruh bangsa Indonesia khususnya melalui generasi milenial.
Kader bangsa itu memang tidak cukup dengan hanya menekankan aspek ideologi, aspek pengembangan/pemikiran yang berdasarkan pada ideologi.
Tidaklah cukup kalau tidak disertai kematangan ideologis itu dengan kematangan jiwa atau pengembangan mentalitas kaum muda khususnya orang-orang muda saat ini. Begitu juga di samping memiliki jiwa yang matang, jiwa mentalitas dalam pengembangan kemajuan juga harus menguasai aspek teknologi, aspek ekonomi, dan aspek kebudayaan yang semuanya itu adalah bagian integral dari ideologi.
Saya ingin menyampaikan dan mendiskusikan bahwa kita tidak bisa menyiapkan kader bangsa hanya cukup dengan menekankan bahwa mereka harus matang secara ideologis.
Tetapi juga harus bisa mengatasi keadaan dan untuk mendorong masyarakat semakin percaya kepada ideologi Pancasila adalah dengan mendorong kaum muda atau biasa disebut kaum milenial untuk bisa mengatasi kehidupan sehari-hari dengan pandangan hidup yang sudah diyakini dalam Lima Sila dengan berbagai penjelasannya.
Tidaklah cukup bagi kaum muda dengan hanya menguasai pengertian moralitas atau pengertian ideologi saja, artinya kalau bisa kita mendorong kader bangsa ini untuk memiliki jiwa kemandirian, kemudian penguasaan ilmu dan teknologi, sehingga kita akan mengatakan ternyata Pancasila memang bisa hidup, bisa mengembangkan kehidupan bangsa, dan bisa sangat berguna bagi bangsa untuk selama-lamanya.
Kedepannya generasi muda yang akan menjadi penanggung jawab bangsa dan negara ini harus bisa menguasai aspek kemandirian, aspek teknologi, ekonomi dan sebagainya.
Kemandirian generasi muda yang dimaksud adalah harus ditopang dengan minimal dua hal, yang pertama, mandiri dalam jiwa dan mandiri dalam sikap, dan yang kedua, mandiri dalam keterampilan ilmu dan teknologi.
Teknologi itu sangat berkembang cepat saat ini, kedepannya kita tidak bisa hidup tanpa teknologi, tanpa kenal, dan tanpa melaksanakan teknologi. Apakah itu teknologi informatika, teknologi transportasi, teknologi medis, teknologi konstruksi, dan teknologi energi.
Teknologi energi misalnya adalah yang paling strategis yang menurut saya harus serius bangsa ini mengajarkan, mendorong dan merangsang para kaum muda untuk menguasainya.
Seperti teknologi energi yang ada pada tenaga surya Karena teknologi energi tenaga surya ini adalah sistem penyimpanan baterai. Kedepan kita tahu bahwa mobil kita sudah tidak perlu pakai bensin, tidak perlu lain lain kecuali menggunakan baterai yang sudah harus disiapkan. Selain itu juga hidrogen, dan konsentrator tenaga surya dimana tidak mungkin kita tidak menguasainya karena tenaga surya adalah salah satu kelebihan kekayaan yang kita punya dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Disamping itu ada energi angin dan energi sampah yang perlu kita kuasai.
Saya ingin sekali lagi mengatakan bahwa kita harus mendorong kaum generasi muda agar selain menguasai Pancasila sebagai ideologi bangsa, baik nilai-nilai dasarnya, tapi kita juga harus mendorong kaum generasi muda untuk menguasi Nilai-nilai instrumen lainnya yang harus dikembangkan yang ditopang oleh dua hal, yaitu kewirausahaan, dan kewiraswastaan.
Memang kedua hal ini, kewiraswastaan dan kewirausahaan adalah dua hal yang berbeda tetapi secara substansial demi kepentingan ideologi dan penguatan bangsa ini kedua-duanya ini harus ditanamkan ke dalam diri kaum generasi muda.
Memang wiraswasta aksesorisnya adalah harus mempunyai modal dan aset sendiri dan tidak full, sementara wirausaha tidak bertanggung jawab pada masalah aset. Tetapi wirausaha lebih populer karena dia menguasai teknologi yang berkembang tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, dan sekarang ini yang lebih banyak berkembang adalah kaum muda startup yaitu kaum wirausaha.
Ada perbedaan antara wiraswasta dengan wirausaha tetapi pada dasarnya dua-duanya harus menjadi satu kesatuan untuk menopang bangsa ini. Wirausaha contohnya, seorang kaum muda yang bekerja di salah satu perusahaan BUMN, selain bekerja di situ tetapi di tengah-tengah waktu yang luang dan lepas di pekerjaannya, dia berusaha mengembangkan teknologinya sendiri, mengembangkan bisnis sendiri melalui teknologi komputer.
Itu semua adalah salah satu contoh yang harus bisa dikembangkan oleh kaum muda, tidak hanya puas seperti itu saja. Wiraswasta dan wirausaha harus dimaknakan sebagai satu kesatuan secara substansial walau mempunyai ciri-ciri yang berbeda.
Karena itu saya ingin mengajak agar kita merenungkan, jangan kaget kalau kita sekarang melihat banyak kaum muda atau kaum milenial yang latar belakangnya bukan dari kader partai tapi justru dari usahawan atau wiraswastawan yang duduk dalam pemerintahan bahkan menduduki jabatan-jabatan dibidang yang strategis.
Di dalam pemerintahan kita banyaknya pejabat ataupun di kabinet pemerintahan kita dari wiraswastawan dan wirausahawan, menurut saya tidak ada keanehan karena beliau-beliau duduk disitu memiliki dua hal pemahaman yaitu yang pertama clear ideologis, mereka pasti setuju dengan Pancasila, pasti setuju dengan kebersamaan, keberbagaian, dan yang kedua mereka memang clear kemandirian, ekonomi bisnis sebagai wiraswasta dan wirausaha.
Memang harus kita sadari, materi atau arah kaderisasi generasi muda harus dikembangkan. Yang pertama, merubah dari semata-mata pendekatan politik saja, tetapi juga pendekatan ekonomi kemandirian dan kewirausahaan. Lalu yang kedua ditekankan sekali lagi dalam aspek kewiraswastaan dan kewirausahaan agar masyarakat kita bisa hidup mandiri dan juga berkembang dengan memanfaatkan ilmu teknologi yang berkembang.
Kewiraswastaan dan kewirausahaan perlu dikembangkan secara serius, karena disitulah akan terbangun jiwa kemandirian bangsa.
Saat ini kami sedang bekerjasama dengan sebuah perguruan tinggi yang konsen pada masalah kewirausahaan yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pengembangan Kewiraswastaan Indonesia (STIE-IPWI) yang secara bersama-sama akan mengembangkan program-program pemerintah swasta lainnya untuk menunjukkan bahwa kewirausahaan dan Kewiraswastaan ini akan menopang pengembangan kaderisasi bangsa yaitu penguasaan atas Pancasila dan undang-undang dasar 45. (***)