“Setelah kami berlima tim Dewan Penguji mengadakan rapat singkat menyatakan Promovendus Jusak Kereh lulus dengan nilai yang tertinggi yaitu Cumlaude,” ungkap Dr. Gernaida K.R. Pakpahan, salah satu penguji yang juga Ketua Program Studi Doktor Teologi STT BETHEL INDONESIA.
Lebih jauh lanjut Gernaida mengatakan, Promovendus dalam disertasinya mencoba menggabungkan tiga keilmuan yakni kecerdasan buatan (AI), hukum dan etika kristen.
Masalah AI yang dikemukakan Promovendus, dgn cara dengan cukup bagus dan menarik karena AI saat ini sudah masuk pada sendi-sendi kehidupan manusia.
Sementara gereja bisa dikatakan agak terlambat dalam memberikan respon pada gelombang AI yang semakin canggih saat ini.
Sementara Promotor sekaligus penguji Dr. Junifrius Gultom, saat dimintai tanggapannya soal keberhasilan Jusak Kereh sebagai promovendus dalam membawakan dan mempertahankan disertasinya, mengatakan, penyampaian promovendus sangat sempurna “perfect”.
“Bahkan disertasi ini akan menjadi triger atau pemicu dalam penelitian teknologi dan sains kedepan khususnya perspektif keberadaan AI.
Jusak Kereh yang juga Pelopor dan Pendiri 2 TV Lokal di Indonesia Timur, dan tokoh media yang diperhitungkan secara nasional karena station TV yang dikelolahnya pernah masuk sebagai TV lokal terbaik di Indonesia, telah berhasil meyakinkan Tim Penguji tentang pengaruh Artificial Intellegence (AI) yang akan sangat mempengaruhi cara pandang dan berperilaku umat manusia khususnya warga kristiani saat ini, jika gereja tidak mengantisipasinya dengan segera, ini akan mejadi bom waktu buat gereja kedepan.
“Sementara dilain pihak, undang-undang Informasi Teknologi dan Transaksi Elektronik (ITE) belum memberikan jaminan dalam pemberantasan atas pelanggaran AI,” tegas Jusak.
“Senjata pamungkas gereja yaitu Firman Tuhan dan Etika Gereja harus di pergunakan gereja secara maksimal. Karena fakta dan realita yang ada, di eropa dan negara barat lainnya saat ini, telah banyak generasi muda yang mulai meninggalkan gereja, gereja tutup, karena mereka merasa gereja tidak lagi relevan dengan perkembangan teknologi khususnya AI saat ini,” ujar Jusak.
Dalam hasil penelitian yang dilakukannya, gereja pada umumnya memiliki sikap netral terhadap teknologi, namun belum membangun sikap dan arah yang tegas dalam menjabarkannya.
“Gereja secara praktis hanya menggunakan media sosial dalam hubungan dengan pendeta, pelayanan gereja dan jemaat, padahal teknologi khususnya AI jauh lebih besar manfaatnya dari sekedar hal itu,” jelas Jusak.