“Waktu itu saya mau menolong Pak Khamid. Tetapi di luar masjid banyak teman-temannya pelaku,” tambahnya.
Dalam waktu dekat, Mashuri berencana melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian dengan dasar tuduhan pengeroyokan dan penganiayaan.
“Saat itu saya melihat ada jemaah yang dianiaya oleh pihak ahli waris. Saya berusaha melerai justru saya dianiaya beberapa orang yang tidak saya kenal dan berada di kubu ahli waris. Usai kejadian saya akan melakukan pelaporan ini ke pihak yang berwajib di bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu SPKT Polres Kediri Kota,” tegas Mashuri sambil menunjukan bekas luka akibat dikeroyok.
Takmir Masjid: Keributan Dipicu Adanya Pihak Tak Terima Pergantian Imam Shalat
Sementara Saifuddin, Sekretaris Takmir Masjid Al Muttaqun menjelaskan, keributan terjadi karena ada pihak yang tidak terima penggantian imam shalat Magrib. “Karena masjid masih dalam konflik dan pihak takmir masih menunggu keputusan dari pihak Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kota Kediri,” jelas Saifuddin.
Kedua Kubu Ingin Menguasai Pengelolaan Masjid
Sebenarnya pihak takmir akan legowo (rela) dengan hasil yang diputuskan oleh BWI. Namun pihak sebelah justru ingin menguasai masjid sebelum ada putusan BWI. Dan pihak ketakmiran telah melaporkan keributan itu ke Polres Kediri Kota karena ada tiga orang jamaah yang menjadi korban.
Sebelumnya telah diupayakan untuk melakukan perdamaian dari kepengurusan ketakmiran masjid. Namun sayangnya tetap ada kebuntuan. “Karena yang diinginkan dari masyarakat sama-sama mengelola masjid. Namun kalau bentuknya perdamaian seolah ingin menguasai masjid. Jadi, kami tidak terima,” jelasnya.
Karena Masjid Al Muttaqun merupakan masjid dari orang banyak dan yang wakaf juga lebih dari satu orang. “Yang membangun masjid 100 persen warga masyarakat,” jelasnya.
Sementara Rahmat Mahmudi, pihak takmir kubu lain menjelaskan, kejadian Rabu malam sampai Kamis dini hari karena ada pihak yang tidak terima dengan penggantian takmir dan penggantian imam shalat Magrib.
“Kami bertahan meski ditekan dan didorong dan ada teman kami yang menjadi korban pemukulan dan pengeroyokan sehingga dilerai aparat,” jela Rahmat.
Selanjutnya pihak yang tidak terima berkerumun di halaman masjid dan tidak membubarkan diri dan jumlahnya semakin banyak. “Massa bubar setelah ada dialog perwakilan takmir dengan keluarga KH Idris dan ada kesepakatan damai hingga menunggu keputusan dari BWI,” jelasnya.
Tak mau kalah Lukman yang mengaku mewakili dari pihak ahli waris masjid wakaf itu mengklaim bahwa dirinya juga menjadi korban penganiayaan. Saat itu dirinya hendak maju menjadi Imam Salat Maghrib. Tiba-tiba ia ditarik dari belakang oleh jemaah hingga dirinya terjatuh lalu dipukuli.