Upaya mengintegrasikan ketiga ideologi besar dunia yang dilakukan Bung Karno, melahirkan berbagai gagasan besar, misalnya gagasan nasionalisme sebagai perkakas Tuhan, Nasionalisme sebagai bagian dari internasionalisme yang bertujuan untuk pemuliaan martabat manusia. Semua ini menjadi spirit yang diejawantahkan dalam gerakan politik Bug Karno. Berbagai pemikiran inilah yang menjadi benih-benih Pancasila.
Ketika di Ende kepekaan Soekarno tumbuh. Dalam pengasingan yang tidak bisa melakukan aktivitas politik, Soekarno memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi dan perenungan. Di sinilah kepekaan spiritual dan kebudayaan Soekarno tumbuh.
Dalam suasana yang tenang dan hening, muncullah nilai ke-Tuhanan melengkapi butir-butir pemikiran yang sudah dirumuskan terlebih dahulu. Dengan ditemukannya nilai keTuhanan, maka lengkaplah lima nilai menjadi Pancasila. Tanpa ditemukannya nilai keTuhanan maka tidak akan ada Pancasila.
Seperti terbawa oleh aura yang ada di rumah pengasingan Bung Karno, suasana diskusi saat itu terasa enjoy dan asyik. Ada spirit yang mendorong dan menggerakkan para peserta untuk terus berdiskusi menggali pemikiran Bung Karno tentang Pancasila.
Sama sekali kami tidak merasa bahwa waktu untuk diskusi sudah habis dan kami harus bergeser ke tempat lain. Sehingga kami terpaksa harus mengakhiri diskusi dan meninggalkan rumah pengasingan Bung Karno yang tidak saja menyimpan kenangan sejarah tetapi juga sarat dengan makna.
Sekitar pukul 13.00 rombongan Badan Pmbinaan Ideologi Pancasila (BPIP) meninggalkan rumah sejarah tempat pengasingan Bung Karno untuk melanjutkan acara di tempat lain. Ada perasaan haru dan berat saat meninggalkan rumah yang penuh kenangan itu.
Perasaan itu sulit terucapkan dan terkatakan. Tapi satu hal yang bisa ku katakan bahwa aku mesti kembali ke tempat ini untuk menggali dan menyibak kembali jejak-jejak Pancasila yang masih tersisa. Karena dari sini route pembudayaan Pancasila akan bermula. (Bersambung)