EDITOR.ID, Ada yang bilang pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tidak pandang bulu, bisa menyerang siapa saja. Namun pandangan itu tidak sepenuhnya benar, karena virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu lebih berbahaya bagi orang miskin.
Bagi mereka yang masuk ke kategori kelas menengah, apalagi atas, pandemi virus corona memang berpengaruh. Jam kerja berkurang, pendapatan tergerus, tabungan termakan, tetapi masih bisa hidup dengan layak.
Namun bagi orang miskin, pandemi bisa menyebabkan urusan hidup dan mati. Bagi orang miskin yang tidak punya tabungan, yang hidup hari ini bergantung dari hasil kemarin, upaya pengendalian pandemi dengan pembatasan sosial (social distancing) adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Orang miskin yang banyak bergelut di sektor informal dan usaha mikro, kecl, menengah (UMKM) adalah yang terdepan kena dampak pandemi. Kampanye #dirumahaja membuat pendapatan mereka berkurang drastis, bahkan mungkin habis sama sekali.
Dalam laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melibatkan 34.559 responden, sebanyak 82,85% mengaku mengalami penurunan pendapatan. Malangnya, persentase yang menyebut pendapatannya turun lebih banyak dialami unit usaha kecil.
Mengutip laporan Poverty and Shared Prosperity Report 2020 keluaran Bank Dunia, pandemi virus corona dapat menyebabkan 88-115 juta orang masuk ke jurang kemiskinan ekstrem (pengeluaran US$ 1,9 per hari). Tidak hanya itu, ketimpangan antar-penduduk juga semakin lebar.
“Setiap kenaikan indeks gini (yang mencerminkan ketimpangan) sebesar 1%, angka kemiskinan akan bertambah 15%. Ini akan membuat ketimpangan semakin lebar, dan angka kemiskinan bisa semakin tinggi,” sebut laporan itu.
Demi bertahan hidup di tengah situasi yang sangat sulit ini, beberapa orang terpaksa mengambil langkah ekstrem. Di Ghana, praktik prostitusi meningkat pada masa pandemi. Bahkan kini transaksi seksual tidak lagi melibatkan uang, bahkan bisa ‘dibayar’ dengan barter.
Ini dinyatakan dalam sebuah dialog nasional tentang kekerasan seksual dan berbasis gender dalam pandemi Covid-19. Seorang pakar gender dan ketenagakerjaan Bashiratu Kamal, mengungkapkan bahwa Mie Instan adalah salah satu penyebab meroketnya angka kehamilan remaja di Ghana.
Acara yang diadakan oleh STAR-Ghana Foundation itu mengungkapkan gadis-gadis muda diiming-imingi untuk melakukan hubungan intim dan si pria akan menjanjikan mereka barang sebagai imbalan. Barang-barang tersebut termasuk Mie Instan. Ada pula pulsa telepon seluler dan uang.