EDITOR.ID, Nganjuk, – Institut Sarinah kembali menyelenggarakan webinar peringatan Hari Kartini pada Hari Sabtu (24/4/21) kemarin. Webinar kali ini berbentuk bedah buku dari buku berjudul ?Pemikiran Kartini Sebagai Muslimah Terhadap Pemberdayaan Perempuan? karya Maskiyatun kader Sarinah dari Sumenep.
Direktur Institut Sarinah yang juga moderator, Eva K Sundari, saat membuka acara mengajak audiens untuk mengirim Alfatihah agar misi pencarian Kapal Selam Nanggala 405 berhasil. Setelahnya, dari Australia anggota Insari Irine Gayatri kandidat doktor di Monash University memberikan kuliah singkat dengan topik ?Mengapa Perempuan Harus Menulis??
?Mari ikut jejak Kartini, menulis! Kartini selalu mempertanyakan ketidakadilan di sekitarnya. Mengapa dan bagaimana menyelesaikannya? Dia kemudian bertindak yaitu menuliskannya dan kemudian mendirikan sekolah,? jelas Irene.
“Maka hidup Kartini menjadi bermanfaat, bahkan melintas jaman hingga kini 100 tahun,” lanjut Irene menjelaskan.
Bedah buku dimulai oleh Eko Bambang Subiantoro dari Redaksi Konde.co media untuk penguatan literasi para perempuan.
?Buku Maksiyatun luar biasa, berisi daging semua. Menambah terang dari Buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Antar alinea bersambungan padat dan mencapai puncak dengan temuan yang kuat bahwa pemikiran Kartini untuk mencerdaskan para perempuan adalah sesuai pesan Islam. Jelas, Kartini sosok yang sangat relijius,” jelas Eko meyakinkan.
Panelis kedua, Tina Sofiati adalah anggota Institut Sarinah yang juga seorong guru SD di sekolah Islam Terpadu sangat mengapresiasi buku Maskiyatun.
?Ini buku tentang Kartini yang kaya rujukan ayat-ayat Qur?an dan nukilan-nukilan hadis. Kesimpulan yang ditemukan penulis bisa digunakan para aktivis pemberdayaan perempuan di komunitas islam,? jelas Tina Sofiati.
Penulis buku, Maskiyatun menjelaskan bahwa motivasi memilih topik karena kegelisahannya karena masih kuatnya anggapan masyarakat muslim di Sumenep bahwa perempuan tidak perlu disekolahkan tinggi-tinggi.
?Alhamdulillah saya bisa membuktikan sebaliknya. Setidaknya ada 4 gadis memutuskan kuliah setelah membaca buku tersebut. Lebih dari itu, sekarang di Sumenep terbentuk forum pemberdayaan untuk para pelajar perempuan,? jelas Maskiyatun.
Dalam kesimpulannya, Eva Sundari menekankan bahwa Sarinah Maskiyatun adalah seirang milenial yang telah mengikuti jejak Kartini. Maskiyatun yang kader GMNI tersebut berangkat dari kegelisahan melihat ketidakadilan bagi kaum perempuan di Sumenep dan kemudian memperjuangkan perubahan melalui tulisan bahkan kemudian membentuk forum pemberdayaan pelajar perempuan melalui dunia pendidikan.
Selama bedah buku, ada beberapa selingan acara berupa Pembacaan surat Kartini oleh Rampak Sarinah (RamSar) milenial Dian (Kediri), Cintya (Surabaya), Mega (Blitar) dan Arika (Tulungagung). Ada juga video panen pakcoy oleh ibu-ibu RamSar Desa Kunjang, Kecamatan Ngancar Kediri, ada juga 2 group vocal dari ibu-ibu RamSar Sulawesi Selatan dengan lagu SARINAH gubahan Ibu Asmaeny Azis, dan dari Blitar dengan lagu Ibu Kita Kartini. Acara kemudian ditutup dengan persembahan kerawitan RamSar Tulungagung dengan Tembang Olah Raga. (Tim)