Inilah Alat Pendeteksi Corona Milik Indonesia…

Menurut Amien, cara itulah yang kemudian berbeda dengan pendeteksian virus corona di luar negeri. Sehingga, media asing tersebut menganggap Indonesia tidak mampu melakukan pendeteksian virus corona. Padahal, sambung Amin, cara pendeteksian tersebut juga dapat digunakan.

“Nah itu yang kami pakai, nah itu yang kemudian mungkin dianggap berbeda dengan dilakukan di luar negeri, sehingga mereka menganggap kita tidak bisa ya,” ujarnya.

Amin juga mengatakan, walaupun berbeda pendekatan dalam pendeteksian dengan cara umum yang dilakukan, tetapi cara pendeteksian yang dilakukan oleh Indonesia sebenarnya juga masih dipakai oleh negara lain.

“Di mana yang kemarin kita gunakan pendekatan yang berbeda tidak berarti tidak bisa dideteksi ya, jadi cara deteksi virus kan beda-beda. Tapi cara yang kami pakai pun itu masih dipakai di luar negeri untuk mendeteksi virus corona,” ujar Amin.

Meski begitu ia mengakui memang alat ini hanya tersedia di laboratorium. Sehingga tidak bisa mendeteksi langsung virus di Bandara atau pelabuhan.

Dengan kata lain jika ada yang suspect corona maka harus dibawa sampelnya yang diambil dari hidung dan tenggorokan dengan kapas khusus untuk kemudian dibawa ke lab.

“Karena pengerjaannya harus di ruangan khusus supaya tidak ada cemaran dari luar, karena alat ini sangat sensitif. Misalnya kalau kita buka tabungnya kemudian ada virus lain masuk itu akan mengganggu jadi kita harus kerjakan di ruang khusus dan lemari khusus,” paparnya.

Lebih lanjut, Amien menjelaskan, proses uji laboratorium untuk mendeteksi virus corona membutuhkan waktu selama empat hingga lima jam. Setelah itu, harus dilakukan perbandingan melalui bioinformatika untuk mendapatkan hasil yang akurat.

“Tapi biasanya dilakukan validasi kemudian dicek ulang untuk memastikan apakah itu betul negatif atau betul positif. Kadang-kadang harus mengulangi lagi, tapi kalau prosesnya 4-5 jam sudah selesai,” ujar Amin.

Amin mengatakan, lembaga Eijkman sudah berpengalaman dalam mendeteksi virus jenis lain yang sebelumnya sudah diisolasi.

“Yang punya alatnya juga cukup banyak, bukan hanya lab perguruan tinggi tapi juga pihak swasta, tapi swasta kan tidak rutin pemeriksaan untuk virus corona. Yang saya tahu saat ini yang memeriksa adalah litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kementerian Kesehatan dan kedua di Lembaga Eijkman,” tuturnya.

Amin menambahkan, selain Lembaga Eijkman, pendeteksian tersebut juga dibantu dikerjakan oleh lab lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: