Hari Jadi Kabupaten Bangkalan ke-492 Dimeriahkan Kirab Budaya

Mengutip dari situs resmi Kabupaten Bangkalan, Bangkalan berasal dari kata “bangkah” dan ”la’an” yang artinya “mati sudah”. Istilah ini diambil dari cerita legenda tewasnya pemberontak sakti Ki Lesap yang tewas di Madura Barat.

Logo HUT Bangkalan

Bangkalan, EDITOR.ID,- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan Selasa (24/10/2023) besok akan menggelar Kirab Budaya dan Halaqoh dalam rangka merayakan Hari Jadi yang ke-492. Malam ini perayaan Hari Jadi diisi dengan acara ramah tamah jajaran Pemkab dengan para kiai dan alim ulama. Bahkan Pangdam V Brawijaya Mayjen Farid Makruf.

Pj Bupati Bangkalan Arief Moelia Edie mengatakan, acara akan diawali dengan apel bersama yang akan dihadiri seluruh jajaran Pemkab dan para pimpinan daerah di Jatim.

“Pada acara Hari Jadi Kabupaten Bangkalan juga akan dibacakan sejarah lahirnya Bangkalan,” ujar Arief Edie dalam wawancara dengan wartawan di ruang Pendopo Kabupaten Bangkalan, Senin (23/10/2023)

Kirab budaya akan menampilkan berbagai khazanah seni dan budaya lokal dari 18 Kecamatan di Kabupaten Bangkalan.

Kirab budaya ini bertujuan untuk mengekspose berbagai kekayaan nilai budaya. Dimana setiap kecamatan yang ada di Bangkalan banyak menyimpan kebudayaan yang beraneka ragam.

Mengutip dari situs resmi Kabupaten Bangkalan, Bangkalan berasal dari kata “bangkah” dan ”la’an” yang artinya “mati sudah”. Istilah ini diambil dari cerita legenda tewasnya pemberontak sakti Ki Lesap yang tewas di Madura Barat.

Menurut beberapa sumber, disebutkan bahwa Raja Majapahit yaitu Brawijaya ke V telah masuk Islam (data kekunoan di Makam Putri Cempa di Trowulan, Mojokerto). Namun demikian siapa sebenarnya yang dianggap Brawijaya ke V.

Didalam buku Madura en Zijin Vorstenhuis dimuat antara lain Stamboon van het Geslacht Tjakradiningrat. Dari Stamboon tersebut tercatat bahwa Prabu Brawijaya ke V memerintah tahun 1468–1478.

Dengan demikian, maka yang disebut dengan gelar Brawijaya ke V (Madura en Zijin Vorstenhuis hal 79) adalah Bhre Krtabhumi dan mempunyai 2 (dua) orang anak dari dua istri selir.

Dari yang bernama Endang Sasmito Wati melahirkan Ario Damar dan dari istri yang bernama Ratu Dworo Wati atau dikenal dengan sebutan Putri Cina melahirkan Lembu Peteng. Selanjutnya Ario Damar (Adipati Palembang) mempunyai anak bernama Menak Senojo.

Menak Senojo tiba di Proppo Pamekasan dengan menaiki bulus putih dari Palembang kemudian meneruskan perjalannya ke Barat (Bangkalan).

Saat dalam perjalanan di taman mandi Sara Sido di Sampang pada tengah malam Menak Senojo mendapati banyak bidadari mandi di taman itu, oleh Menak Senojo pakaian salah satu bidadari itu diambil yang mana bidadari itu tidak bisa kembali ke kayangan dan akhirnya jadi istri Menak Senojo.

Bidadari tersebut bernama Nyai Peri Tunjung Biru Bulan atau disebut juga Putri Tunjung Biru Sari. Menak Senojo dan Nyai Peri Tunjung Biru Bulan mempunyai anak Ario Timbul. Ario Timbul mempunyai anak Ario Kudut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: