Jakarta, EDITOR.ID,- Perjuangan menjadi timses, berkeringat dan masuk dalam lingkaran partai politik membuat politisi mulai merasakan nikmatnya “kekuasaan” usai memenangi kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Kali ini giliran Ketua Badan Pemenangan Pemilu 2024 Partai Demokrat Andi Arief merasakan hal tersebut.
Mantan aktivis 98 yang sekarang jadi politisi Partai Demokrat itu merasakan nikmatnya kursi empuk BUMN. Gaji besar dengan berbagai fasilitas mulai dari kendaraan hingga tunjangan kesehatan. Andi Arief hari ini secara resmi diangkat Menteri BUMN Erick Thohir menjadi komisaris baru PT PLN Persero.
Kementerian BUMN, selaku pemegang saham PT PLN (Persero), menyetujui penunjukan Andi Arief sebagai komisaris perusahaan.
Pengangkatan Andi Arief sebagai salah satu komisaris PLN tercantum dalam Surat Nomor: UND-30/Wk.MBU.01/07/2024. Surat tersebut merupakan undangan penyerahan Salinan Surat Keputusan Menteri BUMN terkait Perubahan Susunan Pengurus Perseroan.
Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah sebagai Komisaris Utama (Komut) PLN. Lalu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief ditunjuk sebagai Komisaris Independen PLN.
Dalam undangan itu, Andi diharapkan hadir di Ruang Rapat Paiton Lantai 3 Kantor Pusat PLN pada Selasa (23/7) pukul 10.00.
Penunjukan Andi Arief dan Burhanuddin Abdullah tersebut diungkapkan oleh Deputi Balitbang Partai Demokrat Syahrial Nasution.
Adapun pengangkatan Andi Arief dilakukan di Kantor Pusat PT PLN (Persero), Blok M, Jakarta Selatan, sekitar pukul 10.00 WIB tadi.
“Iya betul. Diangkat menjadi salah satu komisaris selain komut-nya Pak Burhanuddin Abdullah yang menggantikan Agus Martowardojo,” ujar Syahrial kepada wartawan, Selasa (23/7/2024).
Lalu siapa sebenarnya Andi Arief dan bagaimana sepak terjangnya?
Andi bukanlah nama asing di mata publik. Ia dikenal sebagai salah satu pentolan Partai Demokrat yang kini menjabat sebagai kepala badan pemenangan pemilu (Bapilu).
Melansir berbagai sumber, Andi menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia merupakan Ketua Senat Mahasiswa FISIP UGM pada 1993-1994.
Pada 1998, ia termasuk salah satu aktivis mahasiswa yang diculik karena dianggap membahayakan rezim Orde Baru sebelum akhirnya dilepaskan.
Nama Andi menjadi sorotan saat menjelang Pemilu 2004. Ia merapat ke kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan memimpin sebuah organisasi relawan yang bertujuan memenangkan pasangan SBY-Jusuf Kalla saat itu.