EDITOR.ID, Jakarta,- Kesantunan dan adab Presiden Joko Widodo yang masih menggunakan peradaban budaya Jawa mendapat acungan jempol dan pujian dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) besutan Prabowo Subianto. Apalagi sebagian kader partai Gerindra memang berjiwa nasionalis.
Pujian tersebut langsung disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono.
Pujian itu dilontarkan terkait tiga falsafah Jawa yang disampaikan Jokowi dalam sebuah wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta nasional.
Presiden Terpilih Pilpres 2019 itu menyebut: Lamun Siro Sekti Ojo Mateni, Lamun Siro Banter Ojo Ndhisiki, dan Lamun Siro Pinter Ojo Minteri.
Anak buah Prabowo Subianto itu menjelaskan, ketiga falsafah tersebut merupakan pegangan hidup dalam bermasyarakat yang dipegang teguh masyarakat Jawa.
Nilai yang bisa diambil dari falsafah Jawa ini kita diharapkan menjadi orang bersahaja.
Lamun Siro Sekti Ojo Mateni, Lamun Siro Banter Ojo Ndhisiki, dan Lamun Siro Pinter Ojo Minteri.
Tidak mendzalimi orang lain meski kita kuat dan janganlah kita mendahului meski kita lebih cepat. Dan jangan kita sok pintar dan cerdas meski kita lebih pintar.
Bukan sekadar falsafah pegangan hidup, akan tetapi menurut Arif Poyuono, sekaligus menjadi pesan moral yang sangat penting bagi para elite politik dan para pemimpin negeri.
Arief lantas membeberkan satu per satu makna dari falsafah Jawa yang disampaikan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Lamun siro sekti ojo mateni artinya meskipun kamu sakti atau kuat jangan suka menjatuhkan.
Maknanya, jika seseorang memiliki sebuah kepandaian dan pengetahuan maka harus didedikasikan penggunaannya pada ajaran Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Bukan untuk saling menjatuhkan dengan sesama kita,†ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (21/7/2019).
Lamun siro banter ojo ndhisiki berarti jika kamu cepat, maka jangan mendahului.
Makna dari falsafah ini adalah agar manusia selalu ingat kepada sang pencipta dan selalu waspasa.
Sekalipun bisa lebih dahulu mengetahui sesuatu, jangan sampai mendahului kehendak Tuhan.
“Kita juga jangan mendahului keinginan-keinginan pribadi sebagai pemimpin, tetapi lebih mendahulukan hasrat dan keinginan masyarakat lebih dulu,†tegasnya.
Lamun siro pinter, ojo minteri memiliki arti bahwa meski kamu pandai, jangan sok pintar.
Maknanya, lanjutnya, jangan sampai sebuah kepandaian dan pengetahuan dijadikan untuk menipu rakyat.
“Apalagi menjebak rakyat. Tetapi kepandaian dan pengetahuan harus dgunakan untuk kebaikan sesama,†jelasnya.