EDITOR.ID, Jakarta,- Pembahasan koalisi antara Partai Demokrat, Gerindra dan PAN konon kabarnya masih berlangsung alot. Masing-masing pihak belum menemukan kata temu sehingga pertemuan tim kecil masih akan dilakukan secara maraton untuk menyatukan persepsi.
Pertemuan ini dimaksudkan agar ketiga parpol tersebut bisa segera merumuskan langkah selanjutnya untuk menentukan siapa Capres dan Cawapres mereka.
Dalam dua hari berturut-turut ini, Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar pertemuan politik dua partai calon mitra koalisi, yaitu Partai Gerindra dan PAN. Namun dalam pembahasan masih belum ada hasil kesepakatan koalisi meskipun peluang itu terbuka lebar.
SBY awalnya menerima Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto di kediamannya, Mega Kuningan, Selasa (24/7/2018) malam. Keduanya mengobrol 1,5 jam dan membahas 5 isu nasional.
“Kami membahas secara mendalam kemungkinan koalisi Gerindra, Demokrat, dan partai partai lain,” kata SBY.
“Saya harus mengatakan jalan untuk membangun koalisi ini terbuka lebar, apalagi setelah kami berdua sepakat atas apa yang jadi persoalan bangsa, sepakat atas apa yang diharapkan rakyat hingga grassroot sebelum kami bicara koalisi,” tambahnya.
Selesai Prabowo, SBY menerima Zulkifli Hasan sehari setelahnya, masih di kediamannya. Sama seperti pertemuan dengan eks Danjen Kopassus itu, SBY belum secara gamblang menyatakan berkoalisi dengan PAN.
“Kalau diizinkan membangun koalisi, paling penting merumuskan visi-misi pascakebijakan yang akan ditawarkan, pasangan capres-cawapres yang akan kami usung sehingga rakyat bisa nilai apakah klop, sesuai harapan mereka,” ujar SBY, Rabu (25/7/2018).
SBY menyebut Demokrat dan PAN sepakat terus menjalankan komunikasi hingga akhir pendaftaran pasangan calon Pilpres 2019, yakni 10 Agustus 2018. Namun, untuk malam ini, belum ada keputusan akan berkoalisi.
Hal senada disampaikan oleh Zulkifli Hasan. Zulkifli mengatakan dirinya dan SBY membahas soal politik kebangsaan, belum soal koalisi.
Pengamat Politik Indonesian Public Institute, Jerry Massie mengungkapkan, jika nantinya Partai Demokrat dan Gerindra resmi berkoalisi, ia meramal kader PKS yang disodorkan menjadi pendamping Prabowo terancam gagal maju. Dan ia memprediksi koalisi yang dibangun Gerindra dengan PKS terancam berujung pecah kongsi.
Jerry yakin kubu Demokrat tetap keukeuh meminta Agus Harimurty Yudhoyono wajib sebagai Cawapres dalam syarat dan deal koalisi.
“Peluang keduanya 50-50 untuk berkoalisi, jika keduanya berafiliasi politik maka 9 cawapres PKS bisa gagal. Dan ini bisa pecah kongsi,” ujar Jerry Massie.
Apalagi lanjut Jerry, pidato Prabowo seolah memberi sinyal terkait AHY mewakili pemilih pemula di bawah 40 tahun cukup signifikan.
“Saya melihat politik bersayap dan dua kaki SBY masih kentara. Barangkali dia berpikir pertemuan 6 partai koalisi Jokowi akan mengumumkan cawapresnya dengan demikian dia dan Prabowo mau tidak mau akan membicarakan soal AHY menjadi pendamping Prabowo,”ujar Jerry. SBY lanjut Jerry memang memiliki gaya berpolitik in time bukan on serta mengedepankan rasionalitas.
Gaya bahasanya bisa saja ada transfer politik nantinya yang punya kans cukup besar. Memang lanjut Jerrie kini SBY juga sedang menunggu dan memantau siapa cawapres Jokowi baru making decision. “SBY juga tak mau gegabah dan ojo kesusu menentukan sikap,”ujar Jerry. “Kedua koalisi juga tarik ulur dalam mengumumkan cawapres masing-masing. Bahkan mereka masih melihat chance and opportunity. Jika yang satu sudah umumkan maka otomatis koalisi Prabowo akan mengumumkan,”tutup Jerry. (tim)