Ekonom Alumni FE UI meminta semua pihak agar menggunakan akal sehat dan bukan menggunakan data untuk mengelabui dan menipu banyak orang.
EDITOR.ID, Jakarta,- Sejumlah ekonom Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan staf pengajarnya menyebut ada yang mendegradasi keberhasilan pembangunan ekonomi pemerintahan Joko Widodo dengan isu dan narasi negatif. Tujuannya membentuk opini bahwa Jokowi telah gagal membangun ekonomi.
Isu hoaks yang diumbar diantaranya, kekayaan Indonesia dilarikan ke luar negeri. Kemudian juga isu lapangan pekerjaan di era Jokowi semakin sulit. Dan terakhir Program Kartu Indonesia Pintar, Kartu Sembako murah dan Kartu Pra Kerja sebagai bentuk Jokowi gagal mengentaskan kemiskinan.
Serangan opini negatif soal ekonomi yang ditujukan kepada Joko Widodo langsung mendapat respon pembelaan dari sejumlah ekonom di dalam acara orasi kebudayaan kampanye ekonomi 2019 dengan tema “Panggung Kabaret Tek Jing Tek Jing”, di Soehana Hall, Energi Building, Jakarta Selatan, Kamis, (11/4/2019).
Ekonom yang juga Alumni FE UI, Anton Gunawan menanggapi kampanye penggunaan tiga kartu oleh Joko Widodo, yaitu Kartu Sembako, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Pra Kerja yang dituduhkan sebagai kegagalan Jokowi dalam mengentaskan kemiskinan.
Anton menilai tuduhan tersebut tidak berdasarkan akal sehat.
Menurutnya, penggunaan kartu itu bukan menunjukan bahwa Jokowi telah gagal dalam ketiga masalah itu, seperti yang sering diungkapkan oleh kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Penggunaan kartu itu justru membantu masyarakat kita yang sangat membutuhkannya, dan bukan menunjukkan bahwa Jokowi telah gagal,†katanya.
Karena itu, Anton Gunawan meminta semua pihak agar menggunakan akal sehat dan bukan menggunakan data untuk mengelabui dan menipu banyak orang.
“Mari kita bangun Indonesia agar lebih maju dan bukannya menjadi hancur pada tahun 2030,†ujarnya.
Sementara itu, pakar demografi UI, Mayling Oey Gardiner mengatakan tidak benar tuduhan kubu 02 bahwa pasar tenaga kerja di dalam negeri tidak ada.
Mayling mengatakan, sejatinya pasar tenaga kerja itu ada. Namun yang terjadi yaitu karena pertumbuhan angkatan kerja itu lebih besar dari kesempatan kerja.
“Sebenarnya pertumbuhan kesempatan kerja itu lebih cepat daripada para pencari lapangan kerja. Tapi memang tetap saja pertumbuhan jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan penciptaan lapangan kerja itu menurun. Juga terjadi penurunan jumlah angka kemiskinan di Indonesia,†ujarnya.(tim)