“Itu kan tafsir politik. Karena prosesnya tidak normal, waktu pencalonan itu kan sangat mendadak. Makanya, itu memungkinkan tafsir semacam itu,” katanya.
Kenapa Prabowo, Ubedilah mengatakan, Ketum Partai Gerindra itu, memiliki legitimasi politik yang kuat.
“Kenapa muncul Prabowo, karena Prabowo kan rival, kontestan Pemilu 2019 yang posisi suaranya kedua setelah Jokowi menurut hasil dari KPU. Artinya, dia orang kuat yang didukung oleh pemilih yang sangat banyak,†ujarnya.
Jadi, lanjut dia, kalau presiden dan wakil presiden adalah dua orang kuat yang secara elektoral memiliki legitimasi politik yang kuat, maka pemerintahannya akan menjadi kuat. Selain itu, Gerindra juga suara terbanyak kedua bersama PDIP dan Golkar.
Kini, tudingan minor bahwa Ma’ruf hanya dijadikan pendulang suara di Pilpres 2019 tampaknya mulai menemui afirmasinya. Bagaimana tidak, peran Ma’ruf dinilai tidak signifikan di pemerintahan. Tidak mengherankan kemudian istilah Wapres AFK (away from keyboard) jamak bermunculan di lini sosial media.
Menurut Ubed, jika isu ini benar, terdapat empat hal yang dapat disimpulkan. Pertama, ini menunjukkan pembagian kerja antara Presiden Jokowi dengan Wapres Ma’ruf tidak jelas. Kedua, ini menunjukkan bahwa Ma’ruf tidak mampu bekerja secara maksimal.
Ketiga, ada skenario di lingkungan Istana untuk menggeser peran Ma’ruf. Keempat, Ma’ruf sejak awal tidak didesain untuk bertahan sampai 5 tahun masa pemerintahan.
Menanggapi isu tersebut, Gerindra tak enak hati. Partai kepala Garuda itu menyebut, isu itu seperti hendak mengadu domba Ma’ruf dengan Prabowo.
“Jangan ada narasi yang bisa adu domba Pak Prabowo dengan siapa pun, termasuk dengan Pak Wakil Presiden,†ujar Juru Bicara Partai Gerindra Habiburokhman.
Sementara partai koalisi panas menanggapi isu tersebut. Wasekjen PPP, Achmad Baidowi menilai isu murahan itu dihembuskan untuk membuat kekacauan. “Lebih baik fokus bekerja untuk Indonesia ke depan dibanding meladeni isu nggak jelas, bikin kekacauan,†ujar Baidowi, kemarin.
Sementara itu, Ketua DPP PKB Daniel Johan menyebut hal itu tidak mungkin. Mengganti Wapres, katanya, tak semudah mengganti karyawan perusahaan. “Memangnya negara ini berjalan tanpa konstitusi, apa!†tegas Daniel.
“Pasti ada kelompok yang sedang bermain untuk membingungkan masyarakat,†tudingnya.
Beredarnya isu spekulatif Ma’ruf Amin mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden dan digantikan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Narasi ini beredar di media sosial.