Terkait pidato Jokowi di Musra, Karyono mengakui masih menimbulkan banyak tafsiran di kalangan publik. Selain pemberani, Jokowi juga menginginkan pemimpin Indonesia harus bisa membangun strategi demi bisa bersaing dengan dengan negara lain.
“Jokowi hanya menyampaikan kriteria pemimpin yang kemudian ditafsirkan sesuai pikiran dan kepentingan masing-masing pihak,” kata Karyono sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia.com, Minggu (21/6) malam.
Karyono menilai pernyataan Jokowi di hadapan relawan pendukungnya semakin membuat penasaran publik ketika hasil Musra menempatkan Prabowo di ranking atas.
Di sisi lain, kata Karyono, manuver Gibran yang notabene adalah putra sulung Jokowi yang terkesan mendukung Prabowo. “Semakin menggiring persepsi publik seolah-olah Jokowi mulai bergeser mendukung Prabowo,” ujar dia.
“Padahal, belum ada sikap tegas Jokowi yang mendukung salah satu capres,” lanjutnya.
Karyono mengatakan kesimpulan sementara yang bisa ditarik yaitu Jokowi sedang memainkan irama politik untuk memastikan Pilpres mendatang adalah All President’s Men.
“Jokowi ingin presiden mendatang melanjutkan program pembangunan yang telah dirintis selama 10 tahun. Selain itu, wajar jika Jokowi ingin aman,” ucapnya.
Ketakutan Jokowi dukung Ganjar
Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi berpendapat Jokowi masih setengah hati mendukung Ganjar karena beberapa hal.
Pertama, jika Ganjar terpilih, maka Jokowi tidak lagi menjadi aktor utama melainkan fasilitator. Sebab, posisi Ganjar sebagai petugas partai akan lebih patuh dan dikendalikan oleh Ketum PDIP Megawati ketimbang Jokowi.
“Ini yang membuat Jokowi harus hati-hati bersikap,” kata Astinaldi kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Asrinaldi, sebagai presiden yang akan meninggalkan kekuasaan, tentu Jokowi ingin berupaya mengakhiri kekuasaannya dengan sukses dan selamat. Dia menyebut Jokowi harus bisa berhitung dengan peluang capres yang akan memenangkan Pilpres.
“Dengan harapan bisa meneruskan apa yang sudah dilakukannya selama ini sambil mengonsolidasikan kekuasaannya yang masih ada,” ujarnya.
“Dan bisa digunakan untuk mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan berikutnya,” lanjutnya.
Asrinaldi mengungkapkan sebenarnya Jokowi punya preferensi untuk menggabungkan Ganjar dan Prabowo dalam Pilpres sebagai presiden/wakil presiden.
Arsinaldi menyebut hal itu terlihat ketika PDIP sudah mendeklarasikan Ganjar beberapa waktu yang lalu. Jokowi disebut-sebut pun meminta kesediaan Prabowo menjadi wakilnya Ganjar. Namun ini ditolak oleh Prabowo.
Sementara kekuatan dukungan keduanya sangat imbang dalam banyak survei. Oleh sebab itu, kata Asrinaldi, Jokowi memilih berhati-hati untuk menunjukkan dukungan kepada kedua Capres ini.